Selamat Idul Fitri 1432H

31 Agustus 2011

Menghaturkan:

SELAMAT IDUL FITRI 1432H
Mohon Maaf Lahit & Batin

Semoga kita semua termasuk ke dalam golongan orang-orang yang kembali kepada fitrah serta meraih kebahagiaan dan kemenangan.

Yogyakarta, 31 Agustus 2011
Yusuf Iskandar

Selamat Ramadhan 1432H

1 Agustus 2011

Selamat menunaikan ibadah puasa Ramadhan 1432H.

Semoga kita diberi kesempatan dan kekuatan untuk menyempurnakan ibadah Ramadhan hingga meraih kemenangan hakiki derajat ketakwaan.

Yogyakarta, 1 Agustus 2011 (1 Ramadhan 1432H)
Yusuf Iskandar

Mengenali Pembeli

6 Juli 2011

“Boss” saya heran, harga segelas teh jahe biasanya Rp 1500,- tapi di warung sate itu Rp 3000,- Bukan soal selisih 1500-nya, tapi kenapa lebih mahal dan pembeli OK saja? Padahal teh, jahe dan gelasnya sama, Jawaban mudah saya: “Karena melayani pembeli sate yang harga seporsi Rp 20.000,- Coba kalau melayani pembeli nasi kucing, pasti lebih murah”. Maka kalau mau menaikkan harga jual yang dapat diterima konsumen, pertimbangkan siapa pembelinya dan dimana jualnya.

Yogyakarta, 23 Juni 2011
Yusuf Iskandar

Silaturrahim Kilat Seorang Sahabat

6 Juli 2011

Seorang sahabat lama yang pernah menemani mengeksplorasi kota Golden, Colorado, USA dan Colorado School of Mines pada tahun 2000-2001, siang ini bikin surprise tahu-tahu bersama keluarganya sudah sampai ke toko Madurejo, Prambanan, tanpa halo-halo lebih dahulu.

Belum sempat ngobrol banyak, tapi semoga silaturrahim kilat ini membuka keberkahan bagi silaturrahim selanjutnya (Thanks mas Bob Wikan, mbak Ninuk & keluarga).

Yogyakarta, 21 Juni 2011
Yusuf Iskandar

Dikunjungi Teman SMA

6 Juli 2011

Tiba-tiba ditelpun oleh seorang teman SMA yang kini tinggal di pelosok Wonogiri (Jateng), belum pernah ketemu sejak lebih 30 tahun yll. Beberapa jam kemudian, tiga bidadari (dulu) teman SMP-SMA berkunjung ke toko di Madurejo. Alhamdulillah.

Silaturrahim tak terduga selalu saja menyenangkan. Cerita nostalgia tentu saja. Dan yang pasti sekarang mulai kelihatan lucunya… (Matur nuwun & salam: mbak Endang Herminingwati, mbak Esti Haryani dan mbak Dyah Wirasmiwati).

Yogyakarta, 18 Juni 2011
Yusuf Iskandar

Laskar Pedagang Kelilingan

1 Juli 2011

Saban hari menempuh jarak puluhan kilometer dengan posisi duduk di atas sadel yang pasti tidak nyaman. Beban yang diangkut bisa setara 3-4 orang. Ada segala macam perlengkapan rumah tangga dan benda-benda remeh-temeh lainnya. Hujan adalah musuh yang tak pernah gentar dihadapi. Kalau bisa “deal” dengan 2-3 warung sehari, itu sudah merupakan sebuah keberhasilan untuk hari itu.

Itulah laskar kelilingan yang betebaran di kawasan pelosok Jogja. Banyak di antaranya warga yang berasal dari wilayah kab. Klaten, Jateng.

Yogyakarta, 16 Juni 2011
Yusuf Iskandar

Rejeki Dari Atas Pohon

1 Juli 2011

Tetangga toko di Madurejo menanam pohon jati mas di belakang rumahnya. Setiap hari ada saja daun keringnya yang lepas dari dahan lalu terbang melayang dan jatuh di halaman belakang toko saya.

Kini saya punya kesibukan baru mengumpulkan daun jati kering dan membakarnya. Alhamdulillah, kali ini rejekinya berupa daun jati kering, seperti doaku: “Tuhan, jika rejeki itu masih di atas, turunkanlah” (Jangan-jangan doaku yang salah? Harusnya tidak termasuk daun kering).

***

Membakar tumpukan daun jati kering di belakang toko di Madurejo, Prambanan.

Mengumpulkan daun jati kering itu tidak mudah, harus diambili satu-satu, sebab kalau memegangnya terlalu kuat daunnya hancur. Atau mestinya justru lebih mudah ya? Tinggal diremas-remas saja hancur. Lha, tapi jumlahnya bisa lebih 30 helai daun kering…

Yogyakarta, 14 Juni 2011
Yusuf Iskandar

Database Toko Tiba-tiba Hilang

30 Juni 2011

Database toko tiba-tiba menghilang tak tahu rimbanya, padahal komputernya tidak diapa-apakan. Karuan saja ‘boss’ saya panik, karena saat transaksi harus pakai kalkulator bakul beras yang angkanya besar-besar setelah lebih dulu lihat label harga.

Untungnya secara periodik selalu di-back up. Tapi tak ayal untuk me-restore harus thunak-thunuk (jalan meraba-raba) karena tidak ada yang paham urusan itu. Tetap saja harus membuang waktu yang tidak perlu. Uuuugh..!

Yogyakarta, 8 Juni 2011
Yusuf Iskandar

Enaknya Bagian Pembelian

30 Juni 2011

Hal yang paling saya suka saat meng-input data pembelian/kulakan adalah kalau ada produk baru makanan terutama dari pemasok yang suka titip jual (konsinyasi). Biasanya mereka menyertainya dengan conto produk untuk dicicipi, dan gratis…

Haha, minimal penjualnya sudah lebih dulu tahu rasanya daripada pembelinya. Pantesan banyak yang suka kerja di bagian pembelian/belanja. Walau semua barangnya kering dan cuaca tidak hujan, tapi ini bidang basah dan rentan korupsi…

Yogyakarta, 7 Juni 2011
Yusuf Iskandar

Ada Maling Di Tokoku

30 Juni 2011

Pengantar:

Seseorang tak di kenal gagal melakukan upaya percobaan pencurian di toko saya “Madurejo Swalayan”, Prambanan, Sleman, Yogya Istimewa, pada tanggal 2 Juni 2011 dini hari. Cerita itu saya tulis di Facebook pada tanggal 2-4 Juni 2011 dalam beberapa penggalan cerita status. Berikut ini rangkaian ceritanya.

***

(1)

Menjelang jam 3 dini hari di libur Kenaikan Isa Almasih, seseorang melompati pagar setinggi 3 m menggunakan tangga dari kebun belakang rumah tetangga toko Madurejo. Kemudian menuju bangunan di belakang toko, tolah-toleh sana-sini, mengintip ruang kantor, memeriksa pintu dan jendela, lalu naik ke lantai 2. Sekitar lima menit kemudian turun dari lantai 2.

Agaknya tadi melakukan slow motion, mengendap-endap, mengintip si penunggu toko yang tidur di lantai atas.

(2)

Seseorang yang agaknya ingat kalau sedang tanggal muda itu kemudian berjalan perlahan meninggalkan bangunan toko menuju ke bagian belakang. Mungkin memeriksa gudang di belakang yang kondisinya sedang kosong. Sekitar lima menit kemudian kembali lagi.

Aha.., dia kini mengenakan topi yang dipakai terbalik, bagian depan topinya menghadap ke belakang. Entah mengapa dia meloncati lubang jendela teras kantor, padahal ada ruang terbuka yang lebih mudah. Rupanya kini membawa obeng.

(3)

Dua jendela kantor dicoba dicongkel tapi gagal. Pintunya juga tidak bisa dibuka. Lalu mencoba membuka pintu belakang toko, juga gagal.

Merasa kurang nyaman, seseorang berjaket hijau dengan topi terbalik itu lalu kembali menuju tangga ke lantai atas. Barangkali ingin memastikan si penunggu toko masih terlelap. Dengan menggunakan senternya dia pun melompati barang-barang yang masih tergeletak di ujung bawah tangga, lalu mengendapendap naik.

(4)

Pada saat yang sama, si penunggu toko yang tidak lama sebelumnya baru kembali dari toilet di lantai bawah mendengar ada suara mencurigakan di bawah. Dia pun lalu waspada memasang pendengarannya tajam-tajam. Dia lalu memutuskan untuk memeriksanya. Dia bergerak keluar kamarnya, berjalan mengendap-endap menuju ke tangga. Pelan-pelan dilongokkan kepalanya mengintip ke bawah dari ujung atas tangga.

(5)

Waaa.., betapa kagetnya ketika dalam keremangan dilihat ada seseorang yang juga sedang mengendap-endap naik. Orang itu pun tak kalah kagetnya ketika tahu aksinya dipergoki.

Seperti adegan “Tom & Jerry”, seseorang tak di kenal itu langsung bubar jalan, turun dengan panik melompati tumpukan barang, lari sipat kuping (kencang) ke arah belakang, menembus kegelapan, menuju pojok halaman dimana ada bak sampah. Agaknya dia tahu ada posisi bagus untuk lompat pagar.

(6)

Sesaat kemudian si penunggu toko menyusul sambil teriak-teriak sekenanya. Namun dia memutuskan balik lagi mengambil senter dan membangunkan temannya. Dia khawatir kalau orang tak dikenal itu membawa senjata tajam dan berbuat nekad.

Tentu saja dia kehilangan banyak waktu. Orang tak dikenal itu sudah hilang ditelan malam. Sementara si penunggu toko memeriksa sekeliling halaman. Ketemu dengan pak tani yang sedang mengalirkan air di sawah yang tentu saja tidak ngeh.

(7)

Semua adegan di teras kantor dan belakang toko itu terekam oleh kamera CCTV toko “Madurejo Swalayan”. Sore tadi saya buat copy-nya untuk dilaporkan ke pak polisi Polsek Prambanan, tentang adanya percobaan pencurian. Walau tidak terlihat detil, tapi prejengan (profil wajah) dan postur tubuhnya cukup mudah dikenali.

Segenap pegawai pun saya kumpulkan untuk briefing tentang langkah antisipasi yang harus dilakukan, karena orang itu pasti akan kembali…

(8)

Orang itu pasti penasaran, maka dia akan belajar lebih baik untuk mengulangi. Entah kapan dan dengan cara apa.

Maka langkah antisipasi yang utama tentu saja meningkatkan kewaspadaan di semua bidang. Setelah itu, ada langkah pencegahan secara fisik dan non-fisik (kalau disebut metafisik asosiasinya jadi lain). Secara fisik adalah memperbaiki sistem pengamanan. Secara non-fisik adalah ndongo (berdoa) memohon perlindungan Tuhan sekaligus berserah menitipkan kepada-Nya.

(9)

Menyadari bahwa selalu saja ada hal-hal yang dapat terjadi di luar kontrol manusia, maka itulah perlunya langkah non-fisik. Sehebat-hebatnya upaya pengamanan, selalu ada celah yang dapat ditembus. Maka ndongo (berdoa) adalah upaya untuk menambal celah itu dan biar Tuhan yang melakukannya.

Kalau memang Tuhan mengijinkan celah itu ditembus orang jahat, maka pasti Dia sudah menyediakan kompensasinya. Maka dalam berbisnis pun sebaiknya melibatkan Dia serta semua system-Nya…

(10)

Tentang maling yang misinya gagal itu rupanya saat kabur meninggalkan sepasang sandal jepit warna hijau. Kutanya pada penunggu tokoku: “Mau dibuang atau dipakai?”.

“Saya pakai saja, pak”, jawabnya.

Yo wis… Kalau tidak, mau kubakar sambil kubaca-bacain (baca koran yang untuk membakar maksudnya). “Ben kobong silite…”, kataku.

Siapa tahu bisa membuat (maaf) duburnya terbakar. Bisa meloncat-loncat seperti jaran (kuda). Bisakah? Ya siapa tahu saja bisa…

(11)

Haha… ‘Boss’ saya dan penunggu toko tertawa ngakak mendengar gurauanku. Padahal saya mengatakannya sambil serius. Tentu saja saya tidak berharap itu terjadi. Si maling sudah berbaik hati “terpaksa” menyedekahkan sandalnya, masak mau dibalas dengan yang lebih buruk. Sementara tidak ada sedikitpun kerugian diderita, kecuali rasa jengkel diperdaya begundal iseng.

Perburuan sedang dilakukan. Mudah-mudahan berhasil agar cerita ini ada lanjutannya.

(12)

Pak polisi sudah mendatangi TKP. Kami pun membantu dengan memberikan info yang diperlukan. Kalau nantinya bisa dilacak, diburu dan ketahuan siapa pelakunya, lalu apa? Ya tidak ada apa-apa…

Tidak ada angan-angan untuk menghakimi sendiri (saya takut jadi hakim), melainkan hanya ingin mengingatkan agar jangan coba-coba mengulangi perbuatan nakalnya (mengingatkan tapi mengancam). Lebih dari semua itu, pencegahan dan kewaspadaan tetap harus diutamakan.

(13)

Ketika ngobrol-ngobrol dengan tetangga toko tentang insiden pencurian itu, seseorang bercerita bahwa di Yogya banyak toko-toko yang “dipagari”. Saya jelaskan bahwa toko saya pun sudah dipagar keliling setinggi 3 m. Itu yang kelihatan. Kalau yang tidak kelihatan sudah saya mintakan Tuhan untuk memagari dan saya pasrah bongkokan (total) kepada-Nya.

Maka kalau suatu saat Tuhan kok mengijinkan ada begundal iseng menerobos pagar bikinan-Nya. Ya monggo… Saya pun bisa tidur nyenyak.

(Note: Seorang teman menyarankan agar dipasang sensor gerak untuk mendeteksi gerakan orang tak diundang di saat yang tidak wajar. Tapi saya pikir-pikir, jangan-jangan nanti sistem keamanan toko saya lebih canggih ketimbang bank…hehe)

Yogyakarta, 2-4 Juni 2011
Yusuf Iskandar

Melibatkan Pasangan Dalam Berusaha

24 Juni 2011

Salah satu point penting yang jarang dibicarakan orang saat hendak memilih dan memutuskan bidang usaha adalah melibatkan pasangan kita (istri/suami), minimal direstui secara full, enggak setengah-setengah… Sebab jika tidak, maka bersiaplah pada suatu saat nanti akan sampai pada titik dimana kita akan pethenthengan (beradu argumentasi, lebih parah lagi bertengkar) dengan pasangan kita.

Sebaiknya jangan menunggu membuktikan sendiri untuk percaya…

Yogyakarta, 31 Mei 2011
Yusuf Iskandar

Sharing Bisnis Seorang Rekan

24 Juni 2011

Seorang rekan dari Jakarta yang sukses mengawal lima outlet “Snappy”, mampir ke Madurejo menjajaki bussiness opportunity toko ritel “Madurejo Swalayan”.

Selama ini peluang itu tidak terpikirkan untuk dijual melainkan dibagi-bagikan sebagai referensi belajar bagi siapa saja. Juga karena irama angan-angan bisnis “boss” saya memang konservatif saja. Cukup kalau bisa menjadikan toko sebagai klangenan yang menghasilkan…

(Suwun Pak Dwi Pudjiarso atas sharing-nya).

Yogyakarta, 31 Mei 2011
Yusuf Iskandar

Menyisipkan “Margin”

24 Juni 2011

Setiap datang ke pengajian, wanita itu sering mendapat pesanan makanan dari teman-teman pengajiannya. Maka dia pun harus menyempatkan masak dulu tiap kali sebelum berangkat ke pengajian. Awalnya hanya sekedar ingin membantu, tapi karena sering, jadi kepikiran untuk menyisipkan “margin” keuntungan sewajarnya.

Itulah salah satu cara mudah mulai berwirausaha. Dan yang lebih penting, keuntungan seperti ini adalah sah, berkah dan indah, walau tak seberapa dalam jumlah.

Yogyakarta, 26 Mei 2011
Yusuf Iskandar

Menyiasati Harga

5 Juni 2011

(1)

Tiga bulan terakhir ini saya banyak membantu ‘boss’ saya menginput data pembelian (kulakan) toko. Saya perhatikan harga rokok naik hampir setiap 1-2 minggu dengan kenaikan relatif tidak nampak, “paling-paling hanya” sekitar Rp 50,- s/d Rp 200,- per bungkus. Rupanya ini akal-akalan juragan rokok untuk menaikkan harga. Semakin lama semakin melayang tinggi seperti asapnya…

Maka saya pikir satu-satunya cara agar harga tidak naik ya tidak beli rokok…

(2)

Lain lagi produsen makanan kecil dalam menyiasati agar harga tidak naik. Terutama makanan yang harganya berkisar Rp 500,- s/d Rp 2000,- per bungkus, yaitu dengan mengurangi beratnya. Misal berat sebungkus snack yang sebelumnya 37 gr kini turun menjadi 35 gr, yang semula 12 gr berubah menjadi 11 gr, dsb.

Tidak akan ada pembeli yang ngeh, wong saat ditelan tidak terasa lebih lancar juga. Tidak juga menipu, wong pada bungkus dari pabriknya memang tertulis demikian.

Yogyakarta, 24 Mei 2011
Yusuf Iskandar

Calon Pengusaha Yang Peminta-minta

18 Mei 2011

Mbah Daliyem, 62, asal Imogiri, sedang merintis usaha lempeng (kerupuk berbahan ketela). Gigi ompong, fisik lincah, bicara cergas (cerdas dan tegas) disisipi bahasa Indonesia dengan runtut. Bangga bercerita pernah masuk TV dan sekarang sedang membina satu anaknya untuk juga berusaha kerupuk lempeng.

Namun, saban hari berkeliling meminta-minta. “Lho? Kenapa masih minta-minta?”. “Taksih kirang…(masih kurang)”, jawab calon pengusaha itu. Waaa, ya no comment-lah..

Yogyakarta, 14 Mei 2011
Yusuf Iskandar

Mengabaikan Hal-hal Yang Lepas

18 Mei 2011

Menjadi sales (supplier) bagi toko-toko kecil identik dengan pekerjaan dengan hasil pas-pasan, apalagi sales lepasan (free lance). Tiap hari mereka blusukan sampai ke desa-desa, naik motor atau mobil milik perusahaannya.

Tapi ada salah seorang sales lepasan yang sering kulihat datang ke tokoku naik taksi, dan mbayar. Pasti ada sesuatu yang lepas dari tangkapan pikiranku. Ya, seringkali kita mengabaikan hal-hal yang lepas seperti itu. Jangan-jangan di sanalah “ilmunya”…

Yogyakarta, 12 Mei 2011
Yusuf Iskandar

Gereja Tua Bintaran

18 Mei 2011

Gereja St. Yusup Bintaran. Salah satu gereja tua di Jogja yang arsitektur atapnya berbentuk setengah silinder. Sempat mengalami retak-retak ketika terjadi gempa Jogja tahun 2006. Jemaat gereja ini suka mampir ke tokoku “Bintaran Mart” di seberang agak ke belakang.

Yogyakarta, 9 Mei 2011
Yusuf Iskandar

Mie Ayam Mendongkrak Omset

14 Mei 2011

Mie ayam Rp 5.000,-/mangkuk (tidak termasuk mangkuknya, tentu saja). Komposisinya: mie, ayam berbumbu dan sawi hijau. Bagaimana mendongkrak omset? Tawarkan: Extra mie atau sawi + Rp 1.000,- dan extra ayam + Rp 2.000,-

Selain rasanya memang hoenak, banyak juga pembeli yang mengambil tawaran extra itu, daripada pesan semangkuk lagi yang malah jadi kekenyangan. Mirip-mirip strategi mem-banded (membundel) produk menjadi “2 or 3-in-1” dengan sedikit memberi diskon.

(Note: Mie Ayam “Virgo” Wonocatur Jogja)

Yogyakarta, 7 Mei 2011
Yusuf Iskandar

Berdiri Di Atas Seutas Tali

5 Mei 2011

Seorang mantan karyawan ingin kerja lagi. Menilik kondisi kehidupannya yang sekarang, sungguh tidak tega untuk menolaknya. Tapi menilik kondisi perilakunya yang sekarang, juga sungguh tidak tega untuk menerimanya kembali. Bisa jadi virus yang mudah menular seperti sakit pilek.

“Piye yo (gimana ya)?”, tanya “boss” kepada sopirnya.
“Lha, piye…?”, jawab sopirnya.

Professionalisme.., terkadang memaksa kita harus berdiri di seutas tali, batas antara rasa dan logika.

Yogyakarta, 3 Mei 2011
Yusuf Iskandar

Pelajaran Tentang Nasi Goreng

5 Mei 2011

(1)

Minggu pagi ibunya anak-anak masak nasi goreng bumbu standar. Tapi sepertinya kurang laku. Daripada dibuang sayang… Kubuka kulkas, kuambil wortel, buncis, cabe merah, cabe rawit, daun bawang, seledri, bawang merah, chicken nugget dihancurkan. Ditumis setengah masak, dicampur nasgor bumbu standar. Disajikan dengan kol, tomat, mentimun. Dimakan dengan kerupuk kampung… Lha kok nasgornya jadi woenaaak tenan…!

(2)

Yang namanya nasi goreng itu sejak jaman belum ada penggorengan sampai tadi pagi, ya seperti itu bentuk dan rasanya. Tapii soal citarasa dan ke-enak-an hasilnya, tergantung pada cara mengolahnya. Maka kalau ada warung nasgor, yang satu sepi pembeli dan yang lain pembelinya ngantri, pasti karena cara penanganannya beda (selain faktor dukun…, yang ini abaikan deh!).

So? Biarkan semuanya biasa-biasa saja, tapi bedakan cara penanganannya (bahasa gaulnya: management).

Yogyakarta, 1 Mei 2011
Yusuf Iskandar