Archive for Oktober, 2009

Dan Indonesia Membutuhkan : Jiwa Kewirausahaan

29 Oktober 2009
Rembug Nasional

(Sumber foto : http://www.kompas.com)

Indonesia menggelar agenda spesial Rembug Nasional, “National Summit”, hari ini di gedung Bidakara, Jakarta, yang lalulintas di depannya lantas macet total. Ada yang menarik di sana. Bukan macetnya, melainkan sambutan Presiden daripada negara Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), yang menjuduli pidato resminya : “Siapa Bilang Indonesia Tidak Bisa?”

Benang merah dari sambutan SBY yang terkesan santai tapi serius itu adalah paparan rahasia (tapi boleh, bahkan harus diketahui semua kalangan), tentang bagaimana mencapai sasaran lima tahun ke depan, 2009 – 2014 (melewati tanggal “ajaib” 21 Desember 2012). Rahasia itu adalah : pro-growth (pertumbuhan), pro-job (lapangan kerja) dan pro-poor (pengurangan kemiskinan). Untuk mencapai tiga hal itu, ada tiga kata kunci yang mutlak diperlukan, yaitu : pemberdayaan (empowerment), kewirausahaan (entrepreneurship) dan inovasi teknologi (innovation).

Catatan khusus yang melekat di pikiran saya adalah ketika SBY menguraikan panjang-lebar perihal kewirausahaan (entrepreneurship). Indonesia jauh ketinggalan dalam mengembangkan semangat atau jiwa kewirausahaan di kalangan masyarakatnya. Kalau Amerika sudah pada tingkat sekitar 15% rakyatnya menggeluti dunia kewirausahaan, maka Indonesia masih kurang dari 1% dari lebih 230 juta penduduknya. Padahal jiwa kewirausahaan itulah yang diharapkan menjadi motor penggerak roda perekonomian.

Karena itu pemerintah, dunia usaha dan komponen-komponen lainnya harus bekerjasama membangun jiwa kewirausahaan bangsa ini. Secara eksplisit SBY meminta dilakukannya reformasi pendidikan dari tingkat pendidikan paling rendah hingga paling tinggi. Kata ajaib ‘reformasi pendidikan’ untuk membangun jiwa kewirausahaan, sungguh ini bukan perkara sepele dan bukan pekerjaan mudah. Artinya, sistem pendidkan yang ada selama ini dinilai ‘kurang tepat sasaran’. Harus direformasi. Harus dirombak. Harus disusun-ulang….. (Wah, blaik……..). Tapi itulah konsekuensinya jika ingin mengubah mental anak didik dari berorientasi lulus berijazah dengan index prestasi pol-polan lalu mencari kerja, menjadi lulus dengan kemandirian karena memiliki jiwa kewirausahaan yang siap tempur.

Bak seorang motivator, SBY menegaskan bahwa jiwa kewirausahaan itu harus ditingkatkan habis-habisan….. Pilihan kata ‘habis-habisan’ ini seolah memperkuat keinginan seorang presiden bahwa langkah rahasia terkait jiwa kewirausahan (entrepreneurship) ini bukan main-main. Sebab SBY melihat bahwa saat ini dan setidak-tidaknya lima tahun ke depan, tuntutan kebutuhan dan pencapaian rakyat dan bangsa Indonesia semakin berat. Dan (karena itu) Indonesia membutuhkan : jiwa kewirausahaan. Ya, jiwa kewirausahaan yang mandiri, tangguh, terampil dan trengginas (bahasa Jawa yang esensinya : lincah, inovatif, siap tempur dan tidak mudah menyerah). Alokasi dana 20 trilyun akan disiapkan untuk menunjang geliat kewirausahaan bangsa ini.

Peluang terbuka lebar. Sama halnya tantangan juga membentang luas. Tinggal siapa cepat menangkapnya, maka dialah yang akan memetik hasilnya. Harapannya tentu bukan “itu-itu saja” yang akan memetik hasilnya, melainkan merata hingga ke pelosok tanah air yang tanah dan airnya akhir-akhir ini sering menjadi sumber bencana sekaligus sumber penghidupan. Ada baiknya mempertimbangkan ajakan : Jangan menunggu sistem dibenahi baru berpikir tentang kewirausahaan, melainkan milikilah jiwa wirausaha kemudian benahi sistem yang menyertainya.

Hidup Wirausaha…!

Yogyakarta, 29 Oktober 2009
Yusuf Iskandar

Dibutuhkan 4,4 Juta Entrepreneur

28 Oktober 2009

“Sedikitnya, dibutuhkan 4,4 juta wirausahawan hingga 25 tahun mendatang untuk memutar roda perekonomian”, kata pakar dunia wirausaha Ciputra dalam diskusi “The Importance of Entrepreneurship for Indonesia’s Economic Development” di Jakarta, pada tangal 20 Oktober 2009.

Menurut data statistik, saat ini baru ada sekitar 400 ribu orang wirausaha yang aktif. Padahal, per Februari 2008, tercatat ada 1,1 juta tenaga kerja terdidik yang masih menganggur. Sementara 3 juta penduduk, sebagian di antaranya lulusan pendidikan tinggi, terpaksa bekerja di luar negeri atau menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI) karena ketiadaan lapangan kerja

“Pertanyaan kita adalah, mengapa anak muda yang berpendidikan tinggi itu tidak mampu menciptakan usaha sendiri? Pengangguran ini harus ditekan karena tidak membuat roda ekonomi berputar”, demikian tegas Ciputra.

(Sumber berita : Koran Jakarta, 21 Oktober 2009)

Catatan :

Maka ajakannya adalah, kembangkan semangat entrepreneurship (kewirausahaan) agar siapa saja dapat menjadi bagian dari solusi mempercepat laju gerak roda perekonomian, tidak hanya di kota-kota besar melainkan juga di kawasan-kawasan pedesaan. Peluang masih sangat terbuka. Sektor informal dunia wirausaha masih dapat berkembang pesat dan luas. Perlu semangat dan keberanian untuk memulai sebab semua ada resikonya, namun lakukan resiko yang lebih terencana dan terukur.

Hidup Wirausaha…!

Yogyakarta, 28 Oktober 2009
Yusuf Iskandar

Ilmu ‘Mendingan’

14 Oktober 2009

Boss-ku nggrundel…. Tabungannya yang tidak pernah dikutak-katik sejak 2 tahun terakhir, ketika tadi pagi dicek saldonya ‘hanya’ nambah kurang dari 2%, malah pada setengah tahun pertama saldonya turun (hiks…).

“Mendingan untuk usaha”, katanya.

“Kalau gitu, ya mendinganlah…”, kata saya.

Cuma ternyata tidak mudah untuk memiliki ilmu dan skill tentang ‘Mendingan’ itu tadi…..

(Tabungan ini awalnya memang dimaksudkan sebagai simpanan cadangan untuk sekolahnya anak-anak, makanya tidak pernah dikutak-katik)

Yogyakarta, 14 Oktober 2009
Yusuf Iskandar

Kulakan Akua Mengenakan Batik Papua

3 Oktober 2009

Pada tanggal 2 Oktober 2009, UNESCO (United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization) secara resmi mengakui bahwa batik Indonesia telah menjadi salah satu warisan budaya dunia. Resminya disebut Intangible Cultural Heritage (ICH) of Humanity, atau warisan budaya dunia tak benda bersama dengan 76 warisan budaya dunia tak benda lainnya.

Dalam rangka menyambut saat-saat yang membanggakan itu maka kemudian pemerintah Indonesia melalui presiden SBY mengajak segenap warga negara untuk mengenakan pakaian batik pada hari itu. Bahkan bukan hanya sehari itu, tetapi tanggal 1 s/d 3 Oktober 2009, segenap lapisan masyarakat suka-rela-bangga mengenakan baju batiknya.

Tak terkecuali saya pun ingin berpartisipasi, meski tidak mewakili instansi manapun. Kali ini saya hendak kulakan air mineral untuk toko saya “Bintaran Mart”, karena kebetulan pemasoknya belum sampai sana, maka sengaja saya mengenakan baju batik motif Papua yang tentu saja di Jogja jarang yang memilikinya.

IMG_4056_r

Bangga Mengenakan Batik Papua

Bolehlah kiranya kalau saya sedikit berbangga.
Pakai batik Papua…., lalu kulakan akua (cap apapun air mineralnya, sebut saja akua), njuk nggoaya… (gaya banget)

Yogyakarta, 3 Oktober 2009
Yusuf Iskandar