Archive for Agustus, 2009

Catatan Ramadhan 1430H

31 Agustus 2009

Meski tidak ada hubungan langsung antara bulan Ramadhan dan ngurus toko, tapi ibadah Ramadhan itu sendiri hakekatnya adalah sebuah bisnis. Untuk itu saya menuliskan sekedar unek-unek dan pengalaman keseharian tentang Ramadhan. Selengkapnya saya tulis di Catatan Perjalanan Yusuf Iskandar :

Sekedar ingin berbagi. Semoga ada percikan manfaat yang dapat ditangkap.
Selamat melanjutkan dan menyempurnakan ibadah Ramadhan 1430H

Yogyakarta, 31 Agustus 2009
Yusuf Iskandar

Ramadhan, The Real Business

21 Agustus 2009

Ramadhan adalah peluang bisnis. Berbeda dengan bisnis-bisnis lainnya yang harus diburu, dicari dan dikaji, maka peluang bisnis ini malah mendatangi, mengetuk semua pintu dan menawar-nawarkan dirinya untuk segera ditangkap. Berbeda dengan bisnis-bisnis lainnya yang potensi keuntungannya terbatas dan butuh modal, maka peluang bisnis ini potensi keuntungannya tak terbatas. Belum lagi bahwa peluang bisnis yang bernama Ramadhan ini nyaris tanpa modal. Tidak juga modal dengkul, wong mereka yang tidak punya dengkul pun memiliki kesempatan yang sama untuk menggapai keuntungan yang semaksimal-maksimalnya.

Intinya : Ramadhan adalah peluang bisnis yang luar biasa secara hakiki. Bukan bahasa iklan, bukan dramatisasi dialektika dan bukan iming-iming agar produknya dibeli orang. Melainkan, benar-benar bisnis yang luar biasa bagi penganut agama Islam yang mempercayainya. No question asked! Lha, apa ada penganut Islam yang tidak mempercayainya? Lho, piye to…. Lha ya boanyak sekali….

Dikiranya kalau dibilang keuntungan bisnis Ramadhan itu sekian kali lipat dan tumpuk-undhung…, itu adalah gaya bahasa para ustadz atau penceramah kuliah subuh agar omongannya didengar orang. Dikiranya ucapan-ucapan berbahasa Arab itu sekedar bumbu-bumbu ceramah agar matching dengan nuansa bulan Ramadhan. Padahal itu adalah ucapannya Sang Maha Pemberi Peluang Bisnis. Padahal itu adalah janji Tuhan yang pasti akan ditepati, tidak sebagaimana janji-janji pemburu hantu kekuasaan. Dan Tuhan itu adalah Tuhannya penganut Islam yang (kalau mau jujur, merasa) skeptis dengan janji Tuhannya sendiri. Aneh to…..?  Bukankah seharusnya para pemeluk Islam itu berani mengatakan bahwa Tuhanku “tak gendong kemana-mana….”. Sebab Tuhannya orang Islam itu mengatakan bahwa “Aku lebih dekat dari urat lehermu sendiri”.

***

Dan herannya, ketika dan setiap kali peluang bisnis itu muncul, tidak banyak kaum muslim yang berlomba-lomba menangkapnya (dikatakan tidak banyak karena masih lebih banyak yang tidak…..). Buktinya? Ketika peluang itu datang, mereka biasa-biasa saja. Just business as usual. Sebulan Ramadhan adalah sama seperti sebelas bulan lainnya. Bedanya hanya siangnya berpuasa, malamnya tarawih (bagi yang mau menyempatkan). Lebih dari itu, bulan Ramadhan adalah sama persis dengan bulan-bulan lainnya dari Syawal hingga Sya’ban.

Tidak banyak yang kemudian menyongsongnya dengan hati berbunga-bunga karena sebuah peluang luar biasa telah tiba. Tidak banyak yang menyiapkan strategi agar keuntungan maksimal dari peluang bisnis yang bernama Ramadhan bisa dimanfaatkan dan didayagunakan untuk mengumpulkan keuntungan sebanyak-banyaknya. Keuntungan yang kelak dapat menjadi bekal jaga-jaga kalau-kalau bisnis-bisnis lainnya gagal atau rugi atau tekor atau bahkan bangkrut.

Aneh bin ajaib…. Kalau ada bisnis yang potensi keuntungannya hanya beberapa juta saja kita sering begitu bersemangat bagaimana menangkapnya, menyusun business plan-nya, mencari pinjaman modal, menghitung untung-ruginya, pusing dengan strategi pengelolaanya, dsb. Lha ini ada peluang bisnis yang digaransi pasti untung dan untungnya nyaris tak terbatas jumlahnya, bahkan mau ditinggal tidur sekalipun……, kok tenang-tenang saja.

Aneh bin konyol… Bagi yang berstatus orang gajian, demi menguntungkan majikannya mereka rela kerja lembur banting tulang siang-malam, bila perlu sehari semalam jam berputar 36 kali, menyusun business plan dan strategi agar bisnis majikannya meraup keuntungan sebesar-besarnya. Bukannya hal itu salah, melainkan heran saja, sebab ketika datang peluang bisnis yang jelas dijanjikan keuntungannya bagi dirinya sendiri dan bukan bagi orang lain, mereka menghadapinya biasa-biasa saja. Padahal seandainya jagat raya ini bisa diukur dimensi volumenya, tidak akan cukup menampung kebaikan dan keuntungan yang telah nyata-nyata dijanjikan oleh Tuhannya. Tapi ya tetap saja itu adalah periode waktu yang sama dengan waktu sebelumnya.

Aneh bin tidak habis pikir… Ketika datang peluang bisnis yang potensi keuntungannya enggak seberapa, adrenalinnya meningkat kuat seperti tidak sabar ingin segera menggapai keuntungan yang dianggapnya lebih besar ketimbang bunga bank, sedang potensi gagalnya juga sama besar. Tapi ketika peluang bisnis yang keuntungannya sudah dijamin pasti diberikan dan sak hohah boanyaknya, mereka cuek saja seperti bukan apa-apa.

***

Kini, mulai hari ini, peluang bisnis yang bernama Ramadhan itu sedang ada di depan mata. Tanpa modal diperlukan. Tanpa manajemen yang rumit-rumit. Tanpa khawatir bagaimana kalau rugi, wong sudah digaransi keuntungan pasti datang dalam jumlah yang tak terhingga banyaknya. Hanya dibutuhkan sedikit kesadaran bahwa inilah bisnis yang seharusnya perlu disiasati pencapaiannya. Inilah bisnis sesungguhnya yang memerlukan action plan bagaimana menyiasatinya.

Tidak perlu muluk-muluk, meski semakin muluk semakin baik. Siapkan rencana aksi untuk memanfaatkan peluang itu. Bila sekian tahun hayat dikandung badan merasa ibadahnya tidak karu-karuan, inilah saatnya untuk mengubahnya menjadi lebih karuan. Jika semula sholat setahun dua kali (Idul Fitri dan Idul Adha), ubahlah menjadi sehari dua kali misalnya, atau jadikan sholat fardhunya menjadi lebih bermutu. Bila seprana-seprene kerjanya misuh-misuh (maki-maki, marah, atau ngomongin orang, dengki) kepada lima atau enam orang setiap hari, kurangi jadi satu atau dua kali saja (tinggal pilih siapa yang bersedia dipisuh-pisuhi…).

Bila selama ini sedekahnya hanya berkisar sepuluh ribuan, terkadang saja sedikit lebih (itupun tergantung berapa besar sedekah orang yang sebelumnya), kini tambahkan menjadi tiga puluh atau tujuh puluh ribu. Pendeknya, hanya perlu sebuah rencana aksi yang so simple. Sebab inilah satu-satunya bisnis yang siapa saja bebas menentukan mau untung berapa dan dengan cara bagaimana, silakan diatur sendiri. Dan luar biasanya bahwa semua itu dijamin pasti untung.

Jika demikian…, ayo ramai-ramai merebut peluang bisnis Ramadhan ini. Boleh percaya boleh tidak, semakin banyak yang memperebutkan peluang bisnis ini, akan semakin berhamburan keuntungan yang dijanjikan akan betebaran jatuh dari langit. Sebab Tuhan tidak akan kehabisan stok keuntungan itu, bahkan akan semakin ditambah dan ditambah dan ditambah. Enak to…, mantep to…

Ramadhan adalah the real business yang dijamin bebas dari upaya tipu-tipu, tidak ada kata merugi dalam kamusnya ibadah Ramadhan kecuali bagi mereka yang menganggap bulan Ramadhan sama dengan sebelas bulan lainnya. Mereka inilah yang hanya akan babak-belur kelaparan dan kehausan sebulan penuh (tapi terlihat sombong dan bangga) tanpa berhak menerima added value Ramadhan (kecian deh, mereka…).

Hanya dibutuhkan keikhlasan dalam penghambaan kepada Tuhan dan melakukannya dengan penuh perhitungan akan keuntungan-keuntungan yang dijanjikan, yang oleh para ustadz sering diistilahkan dengan sebutan imaanan-wahtisaaban…. Ayo, rebutlah peluang bisnis Ramadhan. La’allakum tattaquun….agar kalian bertakwa, kata Allah dalam kitab suci.

Selamat menunaikan ibadah Ramadhan 1430 H. Mohon maaf lahir dan batin. Semoga Allah swt. memberi kesempatan untuk menuntaskan pertempuran sebulan penuh hingga tiba saatnya menggapai kemenangan di hari fitri.

Yogyakarta, 21 Agustus 2009 (1 Ramadhan 1430H).
Yusuf Iskandar

Si Penjambret Sukses Menangkap Peluang

5 Agustus 2009

Kasir tokoku di-plekotho calon pembeli yang tidak jadi membeli melainkan menjambret HP kasir tokoku. Menurut ‘boss” saya, si kasir lengah padahal sejak awal dulu sudah diwanti-wanti… Menurut saya, si penjambret sukses menangkap peluang…. Ya, orang sukses adalah mereka yang pandai dan lincah menangkap peluang di antara celah kelengahan yang ada. Bravo untuk si penjambret, kelakuanmu sungguh inspiratif…..

(Kali ini terjadi di toko saya “Bintaran Mart” yang para pegawainya adalah orang-orang baru yang masih nol-puthul pengalaman kerja di toko)

Yogyakarta, 5 Agustus 2009
Yusuf Iskandar

Belajar Dari Mbah Surip

5 Agustus 2009

Mbah Surip pelantun lagu reggea “Tak Gendong” telah berpulang kemarin pagi (Selasa, 4 Agstus 2009). Banyak orang merasa kehilangan dan berduka. Mbah Surip boleh ‘hilang’, tapi ada yang tidak hilang…..

Pelajaran apa yang dapat dipetik dari perjalanan hidup Mbah Surip? Spirit tentang sukses dan tentang kemauan keras untuk sukses. Di bidang apapun, termasuk sukses sebagai wirausahawan, entrepreneur, bisnis, atau kerja apapun yang dipilih untuk ditekuni… Sebab “God must love crazy people”, kata Chacin kepada Rambo dalam film ‘Rambo 3″. Semangat ‘gila’ itulah yang mengantarkan Mbah Surip ke puncak kesuksesannya, meski Tuhan berkehendak lain.

Mbah Surip telah menunjukkan tentang semangat menjadi ‘gila’, berpikir out of the box, mencintai pekerjaan, membuat terobosan, berpikir paradoksal (yang tidak mungkin menjadi mungkin), menikmati arti kemerdekaan…..

Selengkapnya saya menuliskan “In Memoriam Mbah Surip”, silakan baca Mbah Surip, di Catatan Perjalanan Yusuf Iskandar.

Merdeka…!

Yogyakarta, 5 Agustus 2009
Yusuf Iskandar

Nyerempet Tembok

1 Agustus 2009

Habis memuat barang-barang dagangan ke mobil mau dipindah ke lain toko, lalu atret maju-mundur, kok ya ndilalah moncong hitam kijang mak groooook….., nyerempet ke dinding tembok (sumprit, gak disengaja…). Tapi ‘boss’ saya telanjur bersungut-sungut….., ya sekalian saja saya palak rokok di tokonya….

(Acara saya tadi siang adalah mengangkut barang-barang yang dikulak melalui toko “Madurejo Swalayan”, untuk kemudian sebagian dipindahkan ke toko “Bintaran Mart”. Maksudnya agar kulakannya sekalian saja. Entah kenapa pas memutarkan kendaraan raga kurang konsentrasi lalu nyerempet dinding tembok. Wuah, modar aku…..! ‘Boss’ saya, maksudnya istri, kontan saja mbesungut…. ).

Yogyakarta, 1 Agustus 2009
Yusuf Iskandar