Posts Tagged ‘tda joglo’

Milad 2 TDA Joglo — 14 Juni 2009

2 Juni 2009

“Facebookpreneur, peluang di tengah krisis global”

Milad2_TDA JogloMilad 2 komunitas TDA Joglo akan diselenggarakan pada :

Hari, tanggal : Minggu, 14 Juni 2009
Jam : 08:00 s/d 17:00 WIB
Tempat : Taman Balekambang, Jl. Jendral Ahmad Yani, Surakarta (Solo).

Acara ini terbuka untuk umum.
Info lebih lengkap hubungi : tda_joglo-owner@yahoogroups.com

Berikut ini informasi dari Panitia :

Rekan-rekan TDA Joglo yang mulia..,

Rangkaian Acara Milad 2 TDA Joglo akan diadakan pada hari Minggu, tanggal 14 Juni 2009, bertempat di Taman Balekambang Kota Solo. Acara akan dimulai jam 08.00 sampai dengan 17.00 dan seperti biasa… dapat berlanjut dengan acara networking sampai waktu tak terbatas.

Pada hari itu Taman Balekambang Kota Solo akan dipadati oleh lebih kurang 5000 ( lima ribu ) orang yang terdiri dari lintas komunitas entrepreneur, komunitas online / facebook, komunitas seniman dan budayawan, undangan dan masyarakat umum yang hadir untuk mengikuti rangkaian acara yang diselenggarakan oleh Komunitas TDA Joglo, antara lain Pameran Produk, Talkshow dengan pebisnis sukses, Seminar Entrepreneur, Hiburan Kesenian Tradisional, dan tentu saja Networking sepanjang hari. Dengan mengambil tema “Facebookpreneur, peluang ditengah krisis global”, diharapkan dapat memancing minat para pengguna facebook yang sedang booming belakangan ini untuk menghadiri acara tersebut.

Facebookpreneur, adalah perpaduan antara “Facebook” dengan “Entrepreneur”. Dengan tema ini dapat diartikan Komunitas TDA Joglo ingin mengajak pengguna facebook untuk memanfaatkan penggunaan facebook kearah positif yang dapat menghasilkan keuntungan finansial untuk mensejahterakan kehidupan masyarakat umum. Untuk itu kita akan mengerahkan segala upaya dan menampilkan contoh-contoh terbaik untuk membuat masyarakat umum percaya kepada kita Komunitas TDA Joglo.

Di akhir rangkaian acara, akan diadakan Puncak Acara Milad 2 TDA Joglo, dimana segala hal yang berkaitan dengan TDA Joglo selama 2 tahun ini akan dievaluasi untuk mencari bentuk terbaik TDA Joglo. Di puncak acara ini pula kesempatan kita bersama untuk memberi masukan berupa kritik dan saran secara terbuka untuk perkembangan TDA Joglo kedepannya. Dan tentu saja dalam puncak acara ini kita akan memberi penghargaan dan pengakuan kepada anggota2 kita yang sepanjang tahun kedua ini telah berprestasi dan memberi pengaruh positif untuk TDA Joglo. Jangan sampai ketinggalan untuk mengetahui perkembangan terakhir Komunitas TDA Joglo.

Bagi Komunitas TDA Joglo, acara ini adalah salah satu upaya menciptakan peluang dan kesempatan untuk menyebarkan virus entrepreneurship dan mengedukasi masyarakat memanfaatkan perkembangan teknologi informasi sebagai media pengembangan bisnis. Trend facebook adalah suatu celah yang terbuka lebar, menjadi pintu masuk untuk membaur ditengah-tengah masyarakat.

Dari sudut pandang yang lain, 5000 orang yang berkumpul dalam sebuah acara gathering adalah sebuah peluang dan kesempatan bagi para entrepreneur. Memperbanyak teman, memperluas jaringan, mengembangkan bisnis, sampai meningkatkan omset penjualan…, semua terbuka lebar dalam satu hari.

Sebagai penanggung jawab Komunitas TDA Joglo, saya mengajak teman2 semua untuk berpartisipasi dan dapat memanfaatkan peluang yang telah diupayakan oleh teman2 kita panitia Milad 2 TDA Joglo dengan semaksimal mungkin. Inilah yang kita tunggu selama ini…, kesempatan untuk berbisnis, berbagi dan berbudaya dengan suasana guyon, guyub dan gayeng dalam acara satu hari penuh. Kesempatan untuk memasyarakatkan komunitas TDA Joglo, dan tentu saja kesempatan untuk memperbaiki diri kita semua menjadi pribadi yang positif.

Sebagai anggota TDA Joglo…, jadilah orang pertama yang mendaftar untuk berpartisipasi dalam mensukseskan acara Milad 2 TDA Joglo, acara untuk kita semua.

Sebagai anggota TDA Joglo…, jadilah tuan rumah yang baik.

Terima kasih atas perhatian teman2 semua… Sampai bertemu hari Minggu 14 Juni 2009 di Taman Balekambang Solo dalam acara Milad 2 TDA Joglo 2009.

Salam TDA Joglo

Budi Prajitno

Peta Lokasi : Klik di sini

Silaturrahim TDA Joglo – 13 April 2009

15 April 2009

img_2269_joglo2aAcara silaturrahim copy darat warga TDA Joglo telah diadakan di rumah Pak Bambang Triwoko di kawasan pinggir kali, Pringwulung, pada hari Senin malam, 13 April 2009. Acara informal bin cengengesan yang diselenggarakan tanpa susunan acara ini akhirnya diisi dengan sharing yang sangat bagus oleh Mas Agung SN, pemilik waralaba “Simply Laundry”. Lalu dilanjut dengan membincang gagasan untuk memeriahkan Milad 2 (Ultah 2) komunitas TDA Joglo, khususnya yang berada di wilayah kota Yogyakarta dan sekitarnya.

Salah satu acara Milad 2 yang sedang digagas adalah mengadakan Workshop Entrepreneurship dengan mengusung materi utama Marketing yang akan disampaikan oleh Mas Memetz Slamet Rahardjo (trainer CEVE). Tag line untuk acara ini adalah : “Yang Muda Yang Berbisnis”. Rencana penyelenggaraan : Minggu, 24 Mei 2009, bertempat di joglo belakang wartel (warung ritel) “Madurejo Swalayan”, Prambanan, Sleman, Ngayogyokarto Hadiningrat.

Gagasan acara workshop ini masih sementara, selengkap dan seresminya segera akan ditindak-lanjuti oleh Panitia Pelaksana. Demikian halnya untuk agenda-agenda lainnya dalam rangka merayakan Milad 2 TDA Joglo ini akan disusulkan info detilnya.

Yogyakarta, 15 April 2009
Yusuf Iskandar

Joglo "Madurejo Swalayan" (5 Juli 2008)

Joglo "Madurejo Swalayan" (5 Juli 2008)

Bisnis Anti Bangkrut

28 Januari 2009
Haji Alay

Haji Alay

Banyak orang ingin berbisnis. Banyak orang berniat terjun ke dunia bisnis. Lebih banyak lagi yang sedang belajar bisnis. Ketika tiba gilirannya benar-benar harus memulai bisnis, hati menjadi gamang, bimbang dan ragu, tidak yakin, kurang pede, awang-awangen, nglangut…. lalu akhirnya, tidak mulai-mulai juga.

Apa pasal? “Bagaimana kalau nanti tidak laku, gagal, rugi, lalu bangkrut?”. Begitu, atau kata-kata yang sejenis itu yang biasanya menjadi momok dalam diri sendiri sehingga urung memulai bisnis.

Lha kok, tiba-tiba ada orang yang dengan pede sekali bertanya : “Mau nggak, saya beritahu bisnis yang dijamin tidak akan rugi atau bangkrut?”.

Semua orang yang mendengar pertanyaan itu mak plenggong….., setengah melongo (karena hanya setengah, maka mimik buruknya jadi tidak terlalu kelihatan…..). Lalu lubang telinga pun serta-merta di-jembreng lebar-lebar. Penasaran kepingin tahu kelanjutannya. “Wah, penting ini”, kata hatinya sambil pura-pura seolah tidak penting.

Orang itu lalu berkata : “Bisnis yang dijamin tidak akan rugi dan tidak akan menyebabkan bangkrut adalah memuliakan anak yatim, memberi makan orang miskin, tidak berlaku tamak alias kewajiban zakat dan sedekahnya dipenuhi, dan jangan berlebihan mencintai dunia“.

Nafas pun kemudian dilepas lega. Kalau itu dari dulu juga sudah tahu, kata hati orang-orang yang mendengarkan. Tiwas methentheng…, telanjur konsentrasi, mendengarkan breaking news tentang trik berbisnis anti bangkrut, rupanya cuma itu….. Ya, singkatnya adalah bisnis memberi. Jadi nama bisnisnya adalah “memberi”. Bukan bisnis jual pulsa, bisnis ritel, bisnis garmen, bisnis IT, bisnis mobil, tapi bisnis “memberi”.

Dari jaman batu pun memang begitu….. Tapi ya bagaimana mau membiayai anak yatim atau orang miskin atau membayar zakat, lha wong cari penghasilan yang pas-pasan saja tidak pernah pas.

Itulah masalahnya, atau lebih tepat, tantangannya. Kebanyakan orang-orang ini terjebak dalam tempurung tengkurap, bahwa yang namanya memberi adalah mengeluarkan uang atau materi. Padahal yang dimaksud oleh si pembicara tadi bahwa memberi itu bisa juga berupa ilmu, pengalaman, tenaga, pikiran, senyum, waktu dan tempat (seperti sering diberikan oleh MC), serta banyak hal-hal lain yang tidak berarti mengeluarkan uang. Yaaa…, paling-paling sekali waktu njajakke…., mentraktir…..

Dengan kata lain, terjemahan dari pesan si pembicara tadi adalah, kalau belum punya penghasilan ya memberilah dengan tanpa mengeluarkan uang. Kalau penghasilannya masih sedikit, ya memberilah sedikit dari yang sedikit itu. Kalau penghasilannya sudah banyak, ya memberilah lebih banyak dibanding yang sedikit tadi. Kalau habis? Isi ulang…. Mudah, kan?

Maka, kata si pembicara : “Kalau bisa dan yang terpenting ikhlas melakukan itu, maka Insya Allah digaransi tidak akan merugi dan tidak bakal bangkrut”. Sebab yang mengeluarkan kartu garansi adalah Tuhan yang tidak pernah pu-tippu (malah sering menjadi korban penipuan, itupun tidak pernah jera membagi rejeki-Nya meski bolak-balik ditipu…..).

Kalau sebenarnya memulai bisnis yang dijamin pasti untung itu begitu mudahnya, kenapa tidak juga mulai dari sekarang? Mulailah dengan bisnis “memberi”. Setelah itu, setelah materi berhasil dikumpulkan sedikit demi sedikit, lalu kembangkan dan majukan bisnis “memberi” itu dengan bisnis-bisnis turunannya. Seperti misalnya jual baju (baru maupun bekas), jual ayam (hidup atau mati), jual komputer (baru atau rekondisi), jual makanan (mentah atau matang), dan banyak jual-jual lainnya yang (sekali lagi) jangan lupa untuk terus menjaga bobot kualitas banyak “memberi”.

Si pembicara lalu menambahkan pesannya : “Kemudian berbisnislah dengan mengikuti sifat-sifat nabi Muhammad saw., yaitu sidik (berkata benar), amanah (dapat dipercaya), tabligh (menyampaikan yang sebenarnya) dan fathonah (cerdas)”. Ini adalah empat sifat wajib Rosulullah yang wajib pula diteladani oleh umatnya.

Kedengarannya seperti pelajaran agama Islam. Padahal substansinya tidak semata-mata belajar ilmu tauhid. Karena si pembicara adalah seorang yang beragama Islam, maka pedoman yang disampaikan pun meneladani nabinya umat Islam. Namun sebenarnya apa yang disampaikan oleh si pembicara itu adalah sifat-sifat atau perilaku manusia yang sangat universal. Agama atau keyakinan apapun di muka bumi (termasuk aliran sesat), kurang-lebihnya juga menyandarkan perilaku normatif yang hampir sama secara substansi karakteristiknya. Dengan demikian, anjuran si pembicara itu sebenarnya berlaku umum bagi siapa saja.

Jika demikian mudahnya, mari kita memulai bisnis lalu kita ikuti anjuran si pembicaa tadi dan kita buktikan bahwa kita tidak akan bangkrut. Namun barangkali perlu disadari, kalau sudah niat ingsun mau action, ya action-lah sampai tuntas. Terkapar terengah-engah di tengah jalan adalah bagian dari proses pembelajaran sebelum dada menyentuh garis finish. Begitu kira-kira yang telah disampaikan oleh si pembicara dengan penuh keyakinan untuk meyakinkan.

***

Si pembicara yang sangat pede dengan jurus-jurus bisnisnya itu pada kartu namanya tertulis  Haji Nuzli Arismal atau lebih dikenal dengan Haji Alay, yang juga adalah salah seorang sesepuh komunitas “entrepreneur” TDA (Tangan Di Atas). Beliau adalah seorang pebisnis yang sudah komplit makan asam, garam, gula dan jamu. Jatuh-bangun, malang-melintang, susah-gembira, adalah bagian dari perjalanan bisnisnya. Pasar Tanah Abang adalah “kampung halamannya”, dan sekarang beliau menjabat Ketua Umum Syarikat Masyarakat Industri & Pasar Indonesia (SMI&PI). Di usia senjanya, beliau tetap bersemangat empat-lima untuk mengompori dan menginspirasi para pebisnis muda.

Hari Minggu, 18 Januari 2009 yll, Haji Alay hadir di desa Manggung, kecamatan Ngemplak, kabupaten Boyolali, berada di tengah-tengah warga komunitas TDA Joglo, dalam rangka menunaikan bisnis “memberi”-nya. Haji Alay berkenan berbagi kepada siapa saja yang membutuhkan tanpa sedikitpun mengharapkan imbalan. Kualitas bisnis “memberi”-nya sudah pada level post-advance. Para entrepreneur muda yang haus akan pencerahan pun berdatangan dari beberapa wilayah di Jawa Tengah, guna ngangsu kaweruh (berguru) kepada sang guru.

Semoga ilmu yang diturunkan dapat diwarisi dan diamalkan. Diwarisinya sih gampang, wong dari jaman baheula ilmu itu ya memang begitu, tapi mengamalkannya itu……

Madurejo – Sleman, 28 Januari 2009
Yusuf Iskandar

img_0990_manggung

Berbagi Dan Memberi (Ngumpul Bareng TDA Joglo)

27 Januari 2009

Untuk kesekian kalinya, komunitas “entrepreneur” TDA Joglo (Tangan Di Atas wilayah Jogja, Solo dan seputarannya) mengadakan forum kumpul-kumpul di rumah salah seorang sesepuhnya, Pak Bams (Bambang Triwoko) di Pringwulung, Jogja.

Kali ini tema yang dibicarakan agak serius (meski tetap dalam suasana guyon-guyub-gayeng), yaitu tentang upaya dan program-program jangka pendek yang dapat dilakukan untuk pengembangan ke depan dari komunitas ini. Walau tidak semua warganya hadir, karena memang tidak direncanakan sebagai pertemuan besar, melainkan sekedar ajang ngumpul bareng informal, ngiras-ngirus selagi ada kunjungan muhibah dari teman-teman yang juga warga TDA Joglo yang tinggal di luar kota. Acara yang diselenggarakan pada hari Sabtu, 24 Januari 2009, mulai jam 15.00 hingga selesai jam 20.00 ini pun dihadiri oleh lebih dari 20 orang, diselingi ngemil, makan dan break untuk sholat (bagi yang sholat, tentu saja…)

Acara dipimpin oleh pak presiden TDA Joglo, mas Budi Prajitno yang tinggal di Solo, didampingi oleh sesepuh merangkap tuan rumah, pak Bambang Triwoko (pemilik Betiga, distributor produk Danone wilayah Klaten).

Untuk menyebut sebagian tetamu yang datang dari jauh, antara lain : pak Harmanto Haroen bakul jamu dari Jakarta (pemilik PT Mahkota Dewa Indonesia), mas Eddy Aji Poerwanto pedagang pulsa dari Cimahi (pemilik Warung Barokah), pak Hadi Kuntoro si raja selimut dari Jakarta (pedagang selimut Jepang Hasuko), mas Yoyox Sancoyo pedagang busana muslim dari Wonosobo (distributor produk Rabbani wilayah Jateng-DIY), beserta teman-teman muda lainnya.

Berbagi dan Memberi…..  Itulah sebenarnya agenda yang paling ditunggu-tunggu setelah usai berbincang-bincang agak serius. Ya, para entrepreneur yang sudah melangkah sukses sebagai pengusaha itu berbagi dan memberikan ilmu dan pengalamannya kepada teman-teman yang masih TDB (Tangan Di Bawah alias masih bekerja sebagai orang gajian), atau yang sedang memulai dan merintis usahanya, termasuk yang sedang berjuang memajukan dan mengembangkan bisnisnya.

Filosofinya sederhana : Hanya dengan memberi maka kita pantas untuk menerima.

Agenda seperti ini memang perlu, agar wawasan kita tidak cupet, agar pikiran kita lebih out of the box, agar tidak merasa sendirian ketika dihadang kesulitan dan agar bisa bersinergi untuk meraih sukses rame-rame seperti potong padi di sawah.

Dan, pemilik Madurejo Swalayan hanyalah bagian kecil dari komunitas ini, tapi sedang mengejar bagian besar dari sukses yang jumlahnya tak terhingga itu….

Hadi Kuntoro, Yoyox Sancoyo, Awan dan Evie.

Keterangan Foto (dari kiri ke kanan) - Duduk : M. Fadli, Eddy Aji Poerwanto, Yusuf Iskandar, Babang Triwoko dan Harmanto Haroen. Berdiri : Hadi Kuntoro, Yoyox Sancoyo, Awan dan Evie.

Makan malam di Banyu Mili Resto

Sekedar selingan di antara hari-hari padat acara di Yogyakarta, saya dan teman-teman serta para tetamu jauh itu pada hari Jum’at, 23 Januari 2009 sempat mampir bersantap malam di resto Banyu Mili, di kompleks perumahan Griya Mahkota, Jl. Godean, Yogyakarta.

Catatan tentang perjalanan kuliner ini dapat dibaca di sini.

Bambang Triwoko, Evie, Harmanto dan Eddy Poerwanto

Keterangan Foto (dari kiri ke kanan) : Bambang Triwoko, Evie, Harmanto dan Eddy Poerwanto

Yogyakarta, 27 Januari 2009
Yusuf Iskandar

Membangkitkan Semangat Usaha Korban Gempa Jogja

5 Juni 2008

Temu Usaha

Ketika gempa Jogja terjadi dua tahun yang lalu, tepatnya tanggal 27 Mei 2006, sesudahnya perhatian pemerintah dan masyarakat banyak tertuju kepada upaya rehabilitasi di bidang pembangunan fisik. Sedang perhatian kepada pemulihan sumber penghidupan khususnya ekonomi sangat kurang, apalagi di bidang pertanian yang terbukti sangat mendukung perekonomian masyarakat di pedesaan.

Dari latar belakang itulah, maka UN-FAO (United Nations – Food and Agriculture Organization) memprakarsai upaya pemulihan sumber penghidupan para pelaku industri rumah tangga berbasis hasil pertanian yang menjadi korban gempa. Dalam hal ini UN-FAO didukung oleh Program Kemitraan Indonesia-Australia (AUSAID) dan bekerjasama dengan berbagai lembaga donor dan mitra lokal.

Maka pembinaan dan pelatihan telah diberikan kepada kelompok masyarakat di dua wilayah, yaitu Desa Gondangan, Kabupaten Klaten dan Desa Srihardono, Kabupaten Bantul. Tujuan utamanya antara lain untuk pemulihan kapasitas produksi melalui penggantian aset usaha yang hilang, membangkitkan semangat berusaha (capacity building) dan pengembangan jaringan pemasarannya.

Kini, dua tahun setelah gempa, sebuah pertemuan digelar untuk membantu membuka akses pemasaran bagi produk hasil industri rumah tangga masyarakat korban gempa hasil binaan UN-FAO beserta segenap tim yang terlibat.

***

Makanan Olahan

Tanggal 29 Mei 2008, bertempat di hotel Grand Quality Yogyakarta, kebetulan saya diundang untuk turut menghadiri pertemuan antara pelaku usaha kecil korban gempa (produsen) dengan mitra dagang yang adalah calon pembeli potensial yang diharapkan akan turut memasarkannya. Saya sebut kebetulan, karena sebenarnya kehadiran saya di luar skenario panitia, terbukti pihak penerima tamu kebingungan mau memasukkan saya ke kelompok mana karena nama saya belum ada di formulir daftar hadir.

Ndilalah saja kok ya beberapa hari sebelumnya ada teman baru di TDA Joglo (Mas Cahyadi Joko Sukmono dari Frontier Indonesia) yang mengundang via email, padahal belum pernah saling ketemu. Ndilalah juga kok ya saya pas bisa datang. Ndilalah lagi, di sana saya bertemu dengan Mas Memetz (sesama warga kelompok diskusi MM4 TDA Joglo). Maka saya yang mula-mula menyebut kehadiran saya sebagai pribadi, hingga akhirnya ketika di dalam ruangan spontan berubah mewakili toko saya (Madurejo Swalayan), sama seperti wakil dari toko-toko ritel lainnya yang ada di Yogyakarta yang hari itu juga diundang hadir, antara lain dari toko Swalayan Pamela, Maga, bahkan juga Carrefour. Mestinya masih ada lebih banyak lagi toko swalayan atau minimarket sejenis di Yogyakarta (saya tidak tahu persis, apakah tidak diundang atau berhalangan hadir).

Melalui acara yang diberi judul Temu Usaha itu diperkenalkan dan sekaligus dipromosikan aneka jenis produk makanan olahan yang telah disempurnakan dari sisi keragaman produksi dan penampilan atau kemasannya. Dari daerah Gondangan, Klaten, yang merupakan daerah sentra industri makanan kecil dipamerkan antara lain krupuk aneka rasa, karak, criping, sukun, lalu ada kacang telor, pangsit, dsb. Dari daerah Srihardono, Bantul, yang merupakan sentra industri rumah tangga berbasis pertanian diperkenalkan antara lain geplak, peyek, tepung aci, krupuk aci aneka rasa, onde-onde dan juga minyak kelapa.

Dari Temu Usaha ini diharapkan akan menjadi kunci pembuka bagi sebuah kerjasama pemasaran antara pelaku industri rumah tangga dengan para pengusaha sebagai mitra usaha yang berkelanjutan. Bagi pelaku industri yang boleh dikatakan usahanya telah hancur karena gempa, melalui forum ini akan memiliki semangat untuk bangkit dan menata kembali, serta memulihkan dan meningkatkan sumber-sumber penghidupan ekonominya.

Acara pokoknya banyak terfokus pada diskusi tentang prosedur atau tata cata untuk dapat turut menjualkan produk olahan makanan di toko-toko ritel. Juga tentang cara penyajian atau pengemasannya (hal yang paling sering menjadi kelemahan pengusaha kecil kita). Hingga diberikannya kesempatan kepada mitra usaha untuk mencicipi (ini bagian yang paling saya sukai…) dan memberi penilaian atas lebih 20-an jenis produk olahan makanan yang diperkenalkan, dipamerkan dan dipromosikan.

Patut diberi apresiasi kepada pemrakarsa dan semua pihak yang terkait dengan program peduli kelompok usaha kecil semacam ini, baik FAO atau siapapun juga. Kepedulian terhadap upaya pembinaan dan pendampingan pengembangan bisnis masyarakat kecil semacam ini agaknya memang langka menjadi perhatian. Setidak-tidaknya agar sebagian dari masyarakat yang ekonominya sempat hancur terpuruk diporak-porandakan oleh gempa Jogja dua tahun yang lalu, bisa bangkit kembali untuk membangun sumber-sumber penghidupannya. Dan, tidak sekedar kembalinya bangunan fisik rumah saja, melainkan juga penghidupan di dalamnya.

Sebuah langkah kecil karena tidak bisa menjangkau semua kawasan korban gempa, namun juga sebuah langkah besar di antara banyak pihak yang kurang (sempat) memperhatikannya, bahkan pemerintah sendiri banyak mengalami kendala dan keterbatasan di sektor ini.

Yogyakarta, 4 Mei 2008
Yusuf Iskandar

(“Madurejo Swalayan” tentu saja ingin berperanserta sebisanya….., dan kali ini baru bisa bertemu dan bisa mencicipi….., berikutnya bisa turut menjualkan….. Pokoknya harus bisa saling membantu dan bisa saling menguntungkan….. Kalau Indonesia saja Bisa…!, apalagi Madurejo, buisa biyangeth….).