Archive for the ‘(26) Jika Bapak Berbelanja’ Category

(26) Jika Bapak Berbelanja

13 Desember 2007

Suatu ketika kasir dan pelayan toko “Madurejo Swalayan” tertawa terkikik-kikik. Ada gerangan apakah? Usut punya usut, ternyata mereka baru saja mengalami kejadian lucu. Ada satu keluarga, bapak, ibu dan seorang putrinya datang berbelanja. Setelah berkeliling toko dan selesai mengumpulkan belanjaannya, mereka siap meninggalkan toko. Si ibu dan anaknya sudah bertransaksi dengan kasir, namun si bapak masih tertinggal karena asyik mencermati produk susu UHT.

Si ibu memanggil-manggil bapaknya mengajak segera pulang. Si bapak tetap bergeming seperti tidak mendengar ajakan istrinya. Beberapa saat si bapak tetap belum selesai juga. Si ibu yang sudah menunggu di depan kasir mulai gelisah dan tidak sabar. Mulailah si ibu berkreatifitas (ini yang ditunggu-tunggu pengelola toko swalayan…), tangannya menggapai dua buah permen sejenis lolipop yang berbentuk seperti stick drum tapi pendek. Satu untuk dirinya sendiri, satu lagi diberikan kepada anaknya. Permen itu bukannya di-emut (dikulum) melainkan digigit dan dikremus…. Tentu saja cepat habis. Tapi sayang cepat habisnya permen tidak diiringi dengan cepat selesainya si bapak.

Rupanya si anak tidak suka dengan permen itu. Seperti tidak sabar, diraih dan dikremus pula permen anaknya oleh si ibu. Lho? Habislah dua batang permen di-kremuskremus…, dan si bapak masih belum juga selesai. Dengan mimik muka kesal, diambilnya makanan kecil yang tadi dibeli lalu dimakannya di depan kasir sambil mucu-mucu….. (mulutnya seperti dimonyong-monyongkan tanpa disengaja). Kasir dan pelayan toko terbengong-bengong menyaksikan adegan drama satu babak itu sambil menahan tawa.

Tidak terlalu sulit untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi dengan si ibu…….., “impulse buying”. Tapi bagaimana halnya yang sedang terjadi dengan si bapak? 

***

Pernah berada di suatu toko lalu tertarik mencermati deretan sampo atau sabun mandi? Anda sedang menghadap rak di suatu toko swalayan. Sejauh mata melirik ke kiri dan ke kanan, disana bersusun rapi aneka merek produk sampo dan sabun mandi komplit dengan varian-variannya. Sedemikian menariknya sehingga Anda terpancing untuk mengambil salah satunya lalu membaca lebih cermat segala macam tulisan yang ada pada botol atau bungkusnya.

Ada sampo yang untuk menghitamkan, menghaluskan, melembutkan, melembabkan, menyehatkan, melicinkan, membersihkan rambut. Pokoknya semua yang indah-indah tentang rambut. Ada yang mengandung vitamin A, B, C, D, E, sampai Z, plus diperkaya dengan aneka kandungan ini-itu. Pokoknya semua yang sehat-sehat tentang rambut   

Belum puas dengan satu merek, beralih ke merek lain, botol di sebelahnya, lalu sebelahnya, lalu sebelahnya lagi. Padahal kalau dihitung-hitung ada buanyak merek sampo dengan puluhan variannya. Setelah cukup lama meng-assess setiap jenis sampo, akhirnya terpilihlah satu jenis sampo yang Anda simpulkan paling cocok untuk rambut Anda. Aha…! Anda pun merasa lega, puas, dan bangga pada diri sendiri berhasil me-review, menganalisis dan membuat kesimpulan.

Itulah aksi yang banyak dilakukan kaum bapak ketika masuk toko swalayan. Repotnya kalau kaum bapak ikut-ikutan belanja kebutuhan sehari-hari, banyak sekali pertimbangannya saat hendak memilih satu jenis produk yang dibutuhkan. Segenap kemampuan dan energi akan dikerahkan untuk melakukan penilaian hingga diperolehnya kesimpulan produk mana yang paling pas.

Lain bapak lain pula ibunya. Jarang kaum ibu yang mau repot-repot membuang waktu untuk melakukan aksi “teliti sebelum membeli” seperti itu. Kalau si ibu sudah suka dengan produk atau merek tertentu, biasanya jadi pelanggan fanatik, ya pokoknya produk itulah yang akan langsung dipilih. Sampai nanti ada faktor eksternal yang menggoyahkan imannya, antara lain iklan televisi…….

Namun anehnya, semua yang dilakukan oleh kaum bapak itu hanya akan terjadi ketika masih berada di dalam toko. Sementara ketika sudah berada di dalam kamar mandi, boro-boro ingat segala macam keunggulan dan manfaat yang ditawarkan sampo. Mereknya pun belum tentu ingat. Langsung saja kepala di-usek-usek pakai sampo yang ada di kamar mandi. Tak perduli masih tumbuh rambut di kepala atau sudah tidak. Entah itu sampo cap Macan atau cap Gajah,…. Sebodo amat…..!

Kejadian yang hampir sama berulang kembali di toko swalayan ketika kaum bapak tiba-tiba ingin membeli sabun, odol, susu, suplemen, dan lain-lain. Lalu apa yang mendorong terjadinya perilaku semacam itu? Pertama, karena “impulse buying”, pembelian yang sebelumnya tidak direncanakan. Kedua, karena pesona dari display barang-barang di toko.

Itu sebabnya kenapa saya yakin sekali bahwa penyusunan barang-barang di rak merupakan salah satu elemen kritikal dalam pengelolaan toko swalayan, karena dapat menjadi pemicu bagi “impulse buying”. Menjaga tampilan atau display barang-barang agar tetap terlihat rapi, bersih, menarik dan tidak membosankan, tidak bisa ditawar-tawar lagi.

***

Itu juga yang sedang terjadi pada diri si bapak bersama istri dan putrinya di “Madurejo Swalayan”. Sedemikian asyiknya si bapak menilai dan menimbang susu mana yang paling pas buat putrinya. Padahal sejak dari rumah tidak berencana membeli susu, tapi tiba-tiba merasa perlu memilihkan dengan cermat susu yang terbaik bagi putrinya. Seandainya tadi si bapak menyerahkan saja kepada si ibu untuk membeli susu bagi putrinya, barangkali akan beres dalam beberapa detik saja. Lha wong namanya susu UHT, dimana-mana dan apapun mereknya, ya seperti itulah komposisi dan manfaatnya.

Karena itu, jangan pernah mengajak bapak untuk turut memilihkan barang kebutuhan sehari-hari di toko swalayan. Dijamin akan membuat kesal ibu. Tapi juga jangan ngikutin ibu untuk masuk toko swalayan jika bapak tidak sabar menunggu…… Bukan lama memilih barang, melainkan karena biasanya ibu rentan terhadap godaan “impuls buying”. Inginnya semua barang mau dimasukkan ke dalam keranjang belanja, kalau perlu setoko-tokonya sekalian.……

Kendatipun demikian, mari coba tanyakan kepada pengelola toko swalayan : Apa yang paling disukai? Jawabnya : Kalau ada rombongan satu keluarga lengkap masuk ke dalam tokonya. Semakin banyak peserta kecilnya, semakin lebar senyuman penyambutannya………. Monggo…, ada yang bisa kami bantu…….?.

Madurejo, Sleman – 18 Desember 2005.
Yusuf Iskandar