Moga-moga Anda sudah sepakat bahwa peluang bisnis itu pathing tlecek (berserakan) ada di mana-mana. Maka sebaiknya tidak perlu terlalu gusar, bingung atau bertanya-tanya tentang peluang bisnis apa yang bisa dikerjakan. Tangkaplah sebuah peluang bisnis, apa saja yang dipandang paling cocok, sebagai peluang pertama. Setelah itu digarap dengan kesungguhan. Maka segera akan tampak bermunculan peluang-peluang turunan dan kembangannya.
Bagaimana CEO “Madurejo Swalayan” dengan tujuh bulan pengalaman praktisnya dan seumur hidup pengalaman berpikirnya, mulai tertatih-tatih menapaki perjalanannya?
Ini hanya sekedar berbagi pengalaman. Inilah contoh konkritnya, ben ora dikiro ngarang-ngarang…..(biar tidak dikira mengarang). Sedikit saya singgung lagi, sekitar tujuh bulan yang lalu saya pun bingung untuk mengambil sebuah (saja) dari beberapa peluang bisnis yang sudah saya bidik. Sungguh bukan pekerjaan mudah. Apalagi sudah belasan tahun terlena menjadi orang gajian. Kalau bukan karena fait accompli, diterpaksakan, barangkali saya juga belum bangun dari keterlenaan saya. Maka saya sesungguhnya bersyukur telah ter-fait accompli oleh situasi dan kondisi yang lain.
Sejak kebulatan tekad banting setir, alih profesi, diikrarkan dan lalu dijalani, setiap hari di Jogja ya cuma piya-piye saja…… Bagaimana ya? Apa ya? Apa bisa? Bagaimana kalau nanti…..? Dan seterusnya…… Ini wajar, asal jangan kebablasan dan kelamaan piya-piye dari bulan ke tahun. Lakukan identifikasi dari ribuan peluang bisnis yang terlihat untuk dipilih beberapa yang paling sreg di hati.
Toko bangunan, toko obat, toko spare-part, toko elektronik atau toko ritel? Ditimbang-timbang, dipikir-pikir, ditanya-tanya, dikomat-kamit, akhirnya dipilihlah toko ritel. Kami tidak tahu apakah memang pilihan ini yang terbaik. Tapi minimal kami mulai bisa berkonsentrasi untuk melangkah. Inilah peluang pertama yang akhirnya kami ambil. Lalu dipersiapkan dan mulai dikerjakan, seeee…bisa-bisanya.
Sebulan, dua bulan, tiga bulan, toko ritel kebutuhan sehari-hari yang kemudian bernama “Madurejo Swalayan” ini mulai beroperasi. Mulailah, satu demi satu peluang baru bermunculan, peluang-peluang yang merupakan turunan dan kembangan dari peluang bisnis yang pertama saya tekuni. Ternyata buuuanyak peluang yang sebenarnya kita sudah melihat sebelumnya tapi tidak pernah terpikirkan. Ibarat sedang menempuh perjalanan jauh dengan membawa peta buta. Peluang pertama yang kita garap inilah yang akan melengkapi legenda dan informasi-informasi pada peta buta itu.
***
Semakin lama dan semakin sungguh-sungguh kita mengelola peluang bisnis yang pertama, akan semakin terbuka lebar pula jendela dunia menangkap peluang-peluang baru. Tidak hanya yang berhubungan dengan bisnis pertama, bahkan seringkali lintas sektoral (pinjam bahasa pemerintah) dan loncat pagar. Pikiran semakin mletik, semakin terlatih menangkap setiap fenomena, semakin terasah feeling bisnisnya.
Pengalaman menggarap peluang pertama ini akhirnya mampu menggeser sedikiiit… saja sudut pandang kita terhadap sesuatu. Maka hal-hal yang sebelumnya tampak biasa-biasa saja, kini berubah menjadi peluang-peluang bisnis baru. (Jangan pernah mengira menggeser sedikit saja sudut pandang ini gampang. Kesombongan, gengsi, egoisme, ketidaktahuan, seringkali menghalangi kita untuk mau bergeser sedikiiiit… saja dari tempat kita duduk).
Peluang pertama yang telah saya kerjakan adalah usaha bisnis ritel “Madurejo Swalayan”. Itu saja yang sampai kini saya ublek-ublek, bagaimana supaya maju dan berkembang dengan cepat. Peluang apa lagi selanjutnya? Saya mencoba melirik-lirik, melamun-lamun, membayang-bayang, ternyata banyak hal yang pada suatu saat nanti bisa dikembangkan lagi, kalau memang memungkinkan. Tapi paling tidak, semua peluang itu harus sudah dapat dikenali, meskipun tidak harus direalisasi.
Berikut ini adalah sekedar contoh dari tujuh bulan pengalaman saya, bagaimana saya menggali, merunut dan menemukan peluang-peluang baru. Untuk saya simpan, lalu dikaji sambil jalan dan sambil tidur, hingga pada suatu saat nanti mudah-mudahan ada satuuuuu… saja yang dapat diwujudkan.
Untuk beberapa jenis produk, terbuka peluang untuk ditingkatkan menjadi penjual grosiran. Maka berarti menjual dengan harga lebih murah tetapi ada sasaran lain pada peningkatan omset. Selain itu terbuka peluang lagi untuk membangun kemitraan dengan warung-warung kecil yang lokasinya ada di tengah-tengah perkampungan atau pedesaan yang jauh dari jalan besar. Ada juga peluang bisnis lain yang masih berkaitan yaitu membangun tim penjualan sendiri untuk menjadi grosir kelilingan yang menyuplai kebutuhan warung-warung kecil di kampung-kampung. Jangan remehkan sektor ini, potensinya luar biasa.
Menjadi distributor untuk produk dari merek tertentu di wilayah tertentu adalah juga peluang bisnis yang layak dipertimbangkan. Apalagi kalau itu termasuk jenis barang yang sebenarnya sangat dibutuhkan orang, tetapi eksklusif. Sebagai distributor tentunya ada perlakuan khusus baik dari perusahaan induknya maupun kepada agen-agen di dalam jaringan pemasaran yang kita bangun.
“Madurejo Swalayan” juga menyediakan jenis-jenis barang dagangan pelengkap, selain barang kebutuhan pokok, yang sengaja dipajang di atas rak atau lemari etalase, atau counter tersendiri dalam upayanya memenuhi kebutuhan konsumen, menuju one stop shopping secara selektif. Antara lain obat-obatan, alat tulis dan kantor, alat rumah tangga, asesori perempuan, perlengkapan bayi, pulsa isi ulang, dsb., dan masih sangat terbuka untuk terus ditambah jenisnya sesuai tuntutan pasar.
Kelak akan terlihat, di antara barang pelengkap itu mana yang paling prospek untuk dikembangkan menjadi unit usaha sendiri. Sekedar menyebut contoh, barangkali counter obat-obatan dapat dikembangkan menjadi unit usaha toko obat atau bahkan apotik. Atau counter alat tulis dikembangkan menjadi unit usaha toko buku atau alat tulis & kantor. Atau unit usaha perlengkapan rumah tangga dan kado, unit usaha per-HP-an, perlistrikan dan elektronika, unit usaha asesori perempuan dan fashion, dsb.
Selama ini sudah terbentuk kerjasama yang cukup baik dengan para pengusaha kecil rumahan (home industry), antara lain produk-produk makanan kering. Kebanyakan mereka lemah di bidang pengemasan produknya dan strategi pemasarannya. Padahal soal pengemasan ini besar sekali pengaruhnya dalam menentukan tingkat lakunya barang. Bukankah kita sering tertarik membeli suatu produk gara-gara tampilan kemasannya, termasuk ketika bingung harus memilih antara jenis yang satu dan lainnya? Produk-produk asesori perempuan juga seringkali dikemas seadanya. Laku sih laku, tapi kalau bisa lebih laku lagi dengan mempercantik kemasannya, kenapa tidak? Di situlah antara lain muncul nilai lebih dari sebuah professionalisme, tidak sekedar “gimana gitu loh”…….
Di belakang bangunan toko “Madurejo Swalayan” masih tersisa lahan kosong yang rencananya mau dibangun kolam ikan klangenan di tengah kawasan persawahan. Bukan tidak mungkin untuk dikonversi menjadi fasilitas kolam pemancingan, saung ikan bakar atau café ndeso, bahkan unit usaha perdagangan ikan segar. Bahkan jualan buah segar pun adalah sebuah peluang.
Mau loncat pagar? Mendirikan usaha jasa konsultansi dan layanan teknik bidang geologi dan pertambangan juga bukan tabu (sak nganggur-nganggure yo tetap masih punya keahlian tambang je………). Nyambi jual briket batubara atau batu kapur untuk pupuk adalah juga peluang yang masih ada hubungannya dengan industri pertambangan, termasuk aneka produk tambang seperti tambang plastik, tambang rafia, tambang rami, tambang ijuk, tambang dadung, dsb. Kalau yang masih dekat-dekat dengan industri perminyakan, mencakup minyak wangi, minyak rambut, minyak goreng, minyak kayu putih dan minyak telon yang selama ini cukup laku keras seiring dengan cengar-cenger-nya natalitas di Madurejo.
Atau, usaha jasa konsultansi dan layanan manajemen ritel? Eh, enggak ding, yang ini janganlah, mengko ndak ora podo gelem mbuayar (nanti pada tidak mau membayar)……… Intinya adalah bahwa peluang-peluang baru ini tidak harus terpaku pada bidang-bidang yang ada hubungannya dengan bisnis utama.
***
Pendek cerita, ada banyak peluang bisnis yang dapat digarap lebih lanjut. Apakah akan dilaksanakan atau tidak, sepenuhnya tergantung dari analisis teknis-ekonomis-strategisnya. Ada satu saja yang dapat diwujudkan, rasanya sudah pencapaian yang luar biasa. Tidak dikerjakan pun tidak jadi soal. Agar bisnis ini dijalankan tidak ngoyo (memaksakan diri), tapi juga tidak asal-asalan.
Beberapa peluang bisnis yang saya ceritakan di atas hanyalah sekedar contoh, hanya sebagian kecil saja dari sekian banyak peluang bisnis yang masih dapat dieksplorasi lebih jauh oleh manajemen “Madurejo Swalayan”. Dari baru sedikit jam terbang yang saya miliki, saya sudah bisa melihat bahwa pada dasarnya peluang bisnis apapun yang kita tangkap pertama kali rasa-rasanya akan menjadi pembuka jalan bagi buuuanyak peluang-peluang lainnya. Mudah-mudahan penglihatan melalui kacamata minus saya tidak salah. Saya telah memulainya dengan menangkap peluang membuka usaha ritel. Selebihnya belum banyak yang dapat diceritakan, tapi sudah dapat dikenali.
Jadi, bagaimana? Cobalah untuk bergeser sedikiiit saja dari tempat Anda duduk, maka akan tampak jutaan peluang di sana, karena peluang-peluang itu kececeran di mana-mana…… .. Lalu tangkaplah satu di antaranya dan garaplah menjadi peluang bisnis pertama Anda. Mau full-time atau sambilan, mau dikelola sendiri atau menggaji seorang professional, mau modal pinjaman atau ngudal-udal bawah bantal, Anda yang memutuskan.
(Maaf, saya hanya ingin membantu memprovokasi Anda. Sebab sebagai mantan orang gajian yang belasan tahun hidup di lapangan, saya tahu persis bahwa terkadang provokasi itu diperlukan untuk merangsang dan mengarahkan gerak dan lagu hidup kita yang seprana-seprene ngona-ngono wae, begita-begitu saja, meskipun penghasilan rutin di atas kertas saat ini mencukupi. Ya, saat ini…… Saat rutinitas kerja dan gaji tetap ini belum “terganggu”….. Dan “gangguan” itu bisa datang sewaktu-waktu tanpa halo-halo. Seorang rekan senior saya yang sedang ancang-ancang segera MPP mengirim email, katanya merasa terinspirasi dengan dongengan saya. Maka mudah-mudahan MPP-nya adalah : Menangkap Peluang Pertama….. ).
Madurejo, Sleman – 23 Pebruari 2006.
Yusuf Iskandar