Archive for Januari, 2010

Sehari Di Pengadilan Negeri Sleman

28 Januari 2010

(Hari ini adalah persidangan para perampok yang pernah ngerjain tokoku “Madurejo Swalayan”. Peristiwa perampokan itu sendiri terjadi pada tanggal 5 Januari 2009, setahun yang lalu. Catatan tentang peristiwa itu ada di sini).

——-

Para pelaku kriminal biasanya punya nama alias aneh-aneh, seperti dua perampok tokoku setahun yll, punya nama alias Mbelmbong dan Munthuk… Sedang dalangnya, saya baru tahu ternyata sudah didor dan modharrr..., teriring doa tulus semoga kembali ke Rahmatullah dlm khusnul khotimah…

——-

Sesuai nama aliasnya, Mbelmbong, perampok tokoku itu memang benar-benar gemblung. Sepanjang persidangan hingga pembacaan tuntutan jaksa, terus saja cengengesan (padahal ini bukan sidang DPR…..). Dan akhirnya pak hakim pun tidak mampu lagi menyembunyikan rasa geram dan marahnya… Wong gemblung kok jadi rampok…

——-

Ibu jaksa yang sedang hamil tua itu sampai harus beeerkali-kali datang dan meminta maaf kepadaku karena telah membuat aku menunggu lama. Undangan sidang jam 10:00, tapi hingga jam 13:00 belum ada kejelasan. Saya katakan : “Tidak apa-apa ibu, saya bisa memaklumi” (Dalam hati saya bilang : Tuhan pernah ‘lebih parah’ lagi, ‘menyuruhku’ menunggu 20 tahun, itupun aku jalani…)

Sleman – Yogyakarta, 28 Januari 2010
Yusuf Iskandar

”Salam Sepur…!”, Sebuah Dialog Bangun Tidur

16 Januari 2010

(Judul tulisan ini tidak salah tulis). Seorang teman yang berniat buka warung mi di Jogja, sengaja datang dari Jakarta ke Jogja untuk melakukan survey kecil-kecilan. Sesuai namanya, kecil-kecilan, pasti bebas dari tetek-bengek teori, rumusan, pedoman atau formalitas lain yang semacam ini. Pokoknya datang ke Jogja, mampir ke beberapa warung bakmi yang dijumpai, memesan untuk mencicipi rasanya dan mencatat harganya, melakukan interview sederhana dan mempelajari lingkungannya. Begitu saja.

Setelah kembali ke Jakarta, tiba-tiba suatu pagi teman saya itu membangunkan saya melalui SMS yang dikirimkannya dan menceritakan tentang kesimpulan hasil survey-nya. Kesimpulannya mencengangkan saya : Dari tujuh warung mi yang ditelisik, 50% memakai “optional method” agar dagangannya laris. Saya mengernyitkan kening : “Metode opo maneh iki (metode apa lagi ini)…?” (Ini pasti hitungan kasar, sebab 50% dari tujuh berarti ada tiga setengah warung, tentu susah dibayangkan)

Hanya perlu beberapa detik untuk mengernyit, lalu saya pun tersenyum sendiri (lebih baik bangun tidur tersenyum sendiri ketimbang bangun tidur langsung uring-uringan). Biar saya pertegas, rupanya yang dimaksud “optional method” oleh teman saya itu adalah metode “tulis reg spasi sajen, kembang atau dukun”, kata lain untuk aplikasi software perklenikan.

Harap dimaklumi, ini kesimpulan coro ndeso (ala kampung) yang tidak perlu dipertanyakan keabsahannya karena memang sampai kapanpun tidak akan pernah dapat dibuktikan, selain dipercaya saja bagi yang mempercayainya. Tentu teman saya itu punya alasan sendiri kenapa sampai berkesimpulan demikian, dan bukan sekedar katanya atau kelihatannya. Dan teman saya yang pada dasarnya tidak percaya dan tidak suka dengan aplikasi software perklenikan semacam ini, menghibur diri untuk tetap berpikir rasional. Lalu mengakhiri SMS-nya dengan kata-kata : “He..he..Salam Super!”. Tanda bahwa dia menanggapinya sebagai bahan guyonan tapi semangat Mario Teguh.

Sambil kucek-kucek mata, saya balas SMS-nya layaknya seorang ‘tukang kompor’ (orang yang suka ngompor-ngomporin) sekelas Mario Teguh agak di bawahnya banyak : “Selalu ada ‘langkah tersembunyi’ yang dapat dipertanggungjawabkan yang dapat kita lakukan. Dan tugas pebisnis sejati adalah menemukan dan mengimplementasikan hal itu”. Saya pun tidak mau kalah mengakhiri balasan SMS saya dengan mengucapkan : “Salam Sepur….! (lurus, always on the right track, relatif lebih aman, murah dan cepat sampai tujuan….)”. Lalu teman saya itu menimpali : “Asal sepurnya tidak nyerempet irrational thing”.

Moral ceritanya adalah : Jangan karena kita tidak suka mengunakan software perklenikan lalu menyurutkan semangat untuk memulai usaha membuka warung, sebab selalu ada ‘langkah tersembunyi’ yang dapat dilakukan. Temukan itu, dan implementasikan. Lalu perhatikan apa yang terjadi.

Kalau yang terjadi ternyata warungnya sepi dan kalah bersaing? Ya, berarti ‘langkah tersembunyi’-nya belum ditemukan… (tanyakan kepada ahlinya dan jangan bertanya kepada ‘tukang kompor’ yang belum punya pengalaman nyata dalam bisnis perwarungan). Hidup entrepreneur….!

Yogyakarta, 16 Januari 2010

Yusuf Iskandar

Usaha Yang Cepat Menghasilkan

14 Januari 2010

Dalam sebuah pertemuan evaluasi bisnis, seorang rekan melontar tanya : “Usaha apa ya yang cepat memberikan hasil?”. Jawabku : “Usaha berbasis makanan…..”. Make sense, karena makanan selalu dibutuhkan orang dan marginnya tinggi, begitu alasan resminya. Alasan tidak resminya? Karena kalau tidak laku bisa dimakan (be)rame-rame seperti potong padi di sawah….sampai kemlakaren (kekenyangan). Lalu hasilnya? Ya kemlakaren berjamaah itu tadi…..

Yogyakarta, 14 Januari 2010
Yusuf Iskandar

Menikmati Bakso Di Kala Hujan Di Madurejo

13 Januari 2010

Hujan deras, sambil nunggu ‘boss’ nggak selesai-selesai (dengan urusannya), mampir makan bakso. Bukan soal enak atau nggak enak baksonya, melainkan karena warung bakso ini adalah tetangga toko kami…

(Di warung bakso ‘Pak Dul’ Madurejo, Prambanan, Sleman, Jogja)

Yogyakarta, 12 Januari 2010
Yusuf Iskandar

Tahun 2010 Dengan Semangat dan Pencapaian Baru

7 Januari 2010

Kepada segenap rekan pengusaha atau peminat kewirausahaan :

Meskipun agak terlambat, perkenankan kami menghaturkan ucapan “Selamat Tahun Baru 2010”.

Semoga hari-harinya selalu dipenuhi dengan semangat juang entrepreneurship guna menghasilkan pencapaian-pencapaian yang berkelanjutan dengan segenap kerja keras sebagai perwujudan jiwa kewirausahaan.

Yogyakarta 7 Januari 2009
Yusuf Iskandar