Di hari-hari awal beroperasinya toko, urusan penyusunan barang di rak memang tidak sekali jadi. Acara geser-menggeser dan pindah-memindah barang dagangan terjadi berkali-kali. Sebabnya antara lain, sebagai toko baru tentu jenis barang dagangan tidak langsung komplit. Setiap hari ada saja jenis komoditas baru yang ditambahkan, semakin lama semakin banyak jenisnya sehingga susunan barang di rak juga perlu disesuaikan menurut kelompoknya. Jika tidak demikian, maka akan merepotkan dan membingungkan pembeli.
Kalau hanya repot dan bingung saja, barangkali pembeli masih mau tanya kepada penjaga toko, dimana letaknya barang yang dicari. Tapi kalau sampai hal itu membuat pembeli jengkel, bisa-bisa malah membatalkan untuk membeli barang yang sebelumnya sudah direncanakan, dan malas untuk kembali lagi. Sebelum “Madurejo Swalayan” mulai beroperasi, ada yang menyarankan agar saya mengamati toko-toko swalayan lain dan lalu membuat rancangan penyusunan atau penempatan barang-barang yang disesuaikan dengan layout rak-rak yang ada. Karena saya pikir ini hal yang baik, maka saya lakukan juga. Minimal saya akan punya pedoman awal dari mana harus memulai.
Ketika tiba waktunya mengatur dan menyusun barang dagangan, mula-mula mudah dan enak saja. Ya, karena jumlah item barangnya belum banyak. Saya tinggal memberi instruksi kepada pegawai toko, barang ini ditaruh disitu, barang itu diletakkan disini dan disana. Beres….! Ketika semakin hari jumlah item barang semakin banyak, sedangkan rak-rak yang tersedia jumlahnya terbatas, maka saya mulai kebingungan. Jangan sampai terjadi di deretan mi instant tahu-tahu ada pembalut wanita atau pembasmi serangga. Atau, karena rak minuman kaleng atau susu sudah penuh, selebihnya lalu dijejerkan dengan sampo anti ketombe. Mulailah berpikir keras, bagaimana menempatkan sekelompok barang dalam satu lokasi agar tidak campur dengan kelompok lain yang berbeda jenisnya, di atas rak-rak yang jumlahnya terbatas. Saya sendiri heran, ini pekerjaan mudah, tapi kenapa sepertinya jadi rumit sekali. Karena setiap kali memindah sekelompok barang, artinya juga harus memindah atau menggeser barang lainnya yang jumlahnya bisa puluhan bahkan ratusan buah. Dan semua pekerjaan geser-menggeser barang ini sangat menyita waktu.
Idealnya pekerjaan ini dilakukan di luar jam operasi toko agar tidak mengganggu kenyamanan pengunjung toko. Tapi “Madurejo Swalayan” adalah toko kecil (maksudnya, belum besar), sehingga belum mampu menggaji orang khusus untuk pekerjaan di luar jam reguler. Sementara frekuensi pekerjaan ini cukup sering dilakukan.
Kalau sudah mulai memindah dan menggeser letak barang, maka segala macam rancangan susunan barang yang sebelumnya sudah dibuat dengan sangat rapi dan teliti, menjadi tidak berarti. Tidak ada lagi rancangan layout penempatan barang, yang ada adalah kreatifitas seni menyusun barang. Dan sialnya, kreatifitas seni seperti ini tidak ada bukunya dan tidak bisa dipelajari, melainkan “lakukan saja”. Lagian, ngapain repot-repot mempelajari cara menyusun barang….. . Inilah acara spontanitas yang tidak akan pernah berlaku sama di setiap toko. Dibutuhkan “sense of art”, sentuhan seni, feeling, kreatifitas dan segala macam hal-hal gaib sejenis itu.
Maap, bukannya mau menyalahkan pembuatan layout penempatan barang. Dan maap, bukannya layout semacam itu tidak ada gunanya. Namun percayalah……, layout seperti itu hanya bermanfaat pada saat awal mulai menyusun barang ketika jumlah item barang belum banyak, dan hanya untuk toko yang mempunyai ketersediaan raknya cukup banyak, sehingga mempunyai ruang bermain yang cukup leluasa.
Maka ketika jumlah barang semakin banyak dan rak-raknya semakin penuh, lupakanlah layout yang pernah dibuat. Kalaupun layout penempatan barang itu masih dibutuhkan, maka paling-paling hanya untuk menunjukkan pemisahan kelompok besarnya saja, seperti misalnya antara kategori food dan non-food, atau antara barang kebutuhan sehari-hari dengan barang kebutuhan insidentil. Selebihnya, mulailah berimprovisasi dengan kreatifitas Anda.
***
Selesai…..? Wow….. belum!. Acara geser-menggeser barang ini tidak akan selesai dalam hitungan jari tangan, masih ditambah jari kaki, bahkan jari kaki orang lain juga.…. Kecuali jika Anda menganggap bahwa pengaturan barang-barang ini tidak terlalu penting, maka berhentilah. Namun percayalah (yang kedua)….. , bahwa migrasi barang dagangan, dari satu rak ke rak yang lain dan dari satu posisi ke posisi yang berbeda, ini sangat penting dan kritikal yang perlu memperoleh perhatian sungguh-sungguh. Setidak-tidaknya begitulah penilaian saya. Bisa jadi penilaian ini salah, karena saya menyadari bahwa jam terbang dan pengalaman saya di dunia perswalayanan ini memang masih sak uprit…., sangat sedikit!. Tapi ya luweh (biarin)….., meskipun sak uprit toh pengalaman juga namanya.
Kini “Madurejo Swalayan” sudah berjalan memasuki bulan ketiga. Tapi acara ser-gesser barang masih berlangsung terus, pindah sini-pindah sana, geser sana-geser sini. Pertama, karena masih terus ada penambahan item barang (seiring dengan perkembangan toko). Kedua, karena ada pergantian jenis barang (substitusi atas barang yang habis dari sono-nya). Ketiga, karena terus dan terus berimprovisasi menuju tampilan display yang lebih menarik dan tidak membosankan. Prinsipnya hanya satu, seperti apapun modifikasi penyusunan barang dilakukan, harus tetap demi memberi kemudahan bagi pelanggan. Dan jangan lupa,………. merangsang “impuls buying”………
Padahal acara ser-gesser ini sangat-sangat menyita waktu, melelahkan lahir maupun batin dan membosankan bagi yang melakukannya. Yen tak pikir-pikir….., ya inilah “pekerjaan bodoh” yang tiada akhir. Hanya akan selesai ketika usaha toko bubar jalan………
Madurejo, Sleman – 20 Desember 2005.
Yusuf Iskandar