Archive for Juni, 2011

Database Toko Tiba-tiba Hilang

30 Juni 2011

Database toko tiba-tiba menghilang tak tahu rimbanya, padahal komputernya tidak diapa-apakan. Karuan saja ‘boss’ saya panik, karena saat transaksi harus pakai kalkulator bakul beras yang angkanya besar-besar setelah lebih dulu lihat label harga.

Untungnya secara periodik selalu di-back up. Tapi tak ayal untuk me-restore harus thunak-thunuk (jalan meraba-raba) karena tidak ada yang paham urusan itu. Tetap saja harus membuang waktu yang tidak perlu. Uuuugh..!

Yogyakarta, 8 Juni 2011
Yusuf Iskandar

Enaknya Bagian Pembelian

30 Juni 2011

Hal yang paling saya suka saat meng-input data pembelian/kulakan adalah kalau ada produk baru makanan terutama dari pemasok yang suka titip jual (konsinyasi). Biasanya mereka menyertainya dengan conto produk untuk dicicipi, dan gratis…

Haha, minimal penjualnya sudah lebih dulu tahu rasanya daripada pembelinya. Pantesan banyak yang suka kerja di bagian pembelian/belanja. Walau semua barangnya kering dan cuaca tidak hujan, tapi ini bidang basah dan rentan korupsi…

Yogyakarta, 7 Juni 2011
Yusuf Iskandar

Ada Maling Di Tokoku

30 Juni 2011

Pengantar:

Seseorang tak di kenal gagal melakukan upaya percobaan pencurian di toko saya “Madurejo Swalayan”, Prambanan, Sleman, Yogya Istimewa, pada tanggal 2 Juni 2011 dini hari. Cerita itu saya tulis di Facebook pada tanggal 2-4 Juni 2011 dalam beberapa penggalan cerita status. Berikut ini rangkaian ceritanya.

***

(1)

Menjelang jam 3 dini hari di libur Kenaikan Isa Almasih, seseorang melompati pagar setinggi 3 m menggunakan tangga dari kebun belakang rumah tetangga toko Madurejo. Kemudian menuju bangunan di belakang toko, tolah-toleh sana-sini, mengintip ruang kantor, memeriksa pintu dan jendela, lalu naik ke lantai 2. Sekitar lima menit kemudian turun dari lantai 2.

Agaknya tadi melakukan slow motion, mengendap-endap, mengintip si penunggu toko yang tidur di lantai atas.

(2)

Seseorang yang agaknya ingat kalau sedang tanggal muda itu kemudian berjalan perlahan meninggalkan bangunan toko menuju ke bagian belakang. Mungkin memeriksa gudang di belakang yang kondisinya sedang kosong. Sekitar lima menit kemudian kembali lagi.

Aha.., dia kini mengenakan topi yang dipakai terbalik, bagian depan topinya menghadap ke belakang. Entah mengapa dia meloncati lubang jendela teras kantor, padahal ada ruang terbuka yang lebih mudah. Rupanya kini membawa obeng.

(3)

Dua jendela kantor dicoba dicongkel tapi gagal. Pintunya juga tidak bisa dibuka. Lalu mencoba membuka pintu belakang toko, juga gagal.

Merasa kurang nyaman, seseorang berjaket hijau dengan topi terbalik itu lalu kembali menuju tangga ke lantai atas. Barangkali ingin memastikan si penunggu toko masih terlelap. Dengan menggunakan senternya dia pun melompati barang-barang yang masih tergeletak di ujung bawah tangga, lalu mengendapendap naik.

(4)

Pada saat yang sama, si penunggu toko yang tidak lama sebelumnya baru kembali dari toilet di lantai bawah mendengar ada suara mencurigakan di bawah. Dia pun lalu waspada memasang pendengarannya tajam-tajam. Dia lalu memutuskan untuk memeriksanya. Dia bergerak keluar kamarnya, berjalan mengendap-endap menuju ke tangga. Pelan-pelan dilongokkan kepalanya mengintip ke bawah dari ujung atas tangga.

(5)

Waaa.., betapa kagetnya ketika dalam keremangan dilihat ada seseorang yang juga sedang mengendap-endap naik. Orang itu pun tak kalah kagetnya ketika tahu aksinya dipergoki.

Seperti adegan “Tom & Jerry”, seseorang tak di kenal itu langsung bubar jalan, turun dengan panik melompati tumpukan barang, lari sipat kuping (kencang) ke arah belakang, menembus kegelapan, menuju pojok halaman dimana ada bak sampah. Agaknya dia tahu ada posisi bagus untuk lompat pagar.

(6)

Sesaat kemudian si penunggu toko menyusul sambil teriak-teriak sekenanya. Namun dia memutuskan balik lagi mengambil senter dan membangunkan temannya. Dia khawatir kalau orang tak dikenal itu membawa senjata tajam dan berbuat nekad.

Tentu saja dia kehilangan banyak waktu. Orang tak dikenal itu sudah hilang ditelan malam. Sementara si penunggu toko memeriksa sekeliling halaman. Ketemu dengan pak tani yang sedang mengalirkan air di sawah yang tentu saja tidak ngeh.

(7)

Semua adegan di teras kantor dan belakang toko itu terekam oleh kamera CCTV toko “Madurejo Swalayan”. Sore tadi saya buat copy-nya untuk dilaporkan ke pak polisi Polsek Prambanan, tentang adanya percobaan pencurian. Walau tidak terlihat detil, tapi prejengan (profil wajah) dan postur tubuhnya cukup mudah dikenali.

Segenap pegawai pun saya kumpulkan untuk briefing tentang langkah antisipasi yang harus dilakukan, karena orang itu pasti akan kembali…

(8)

Orang itu pasti penasaran, maka dia akan belajar lebih baik untuk mengulangi. Entah kapan dan dengan cara apa.

Maka langkah antisipasi yang utama tentu saja meningkatkan kewaspadaan di semua bidang. Setelah itu, ada langkah pencegahan secara fisik dan non-fisik (kalau disebut metafisik asosiasinya jadi lain). Secara fisik adalah memperbaiki sistem pengamanan. Secara non-fisik adalah ndongo (berdoa) memohon perlindungan Tuhan sekaligus berserah menitipkan kepada-Nya.

(9)

Menyadari bahwa selalu saja ada hal-hal yang dapat terjadi di luar kontrol manusia, maka itulah perlunya langkah non-fisik. Sehebat-hebatnya upaya pengamanan, selalu ada celah yang dapat ditembus. Maka ndongo (berdoa) adalah upaya untuk menambal celah itu dan biar Tuhan yang melakukannya.

Kalau memang Tuhan mengijinkan celah itu ditembus orang jahat, maka pasti Dia sudah menyediakan kompensasinya. Maka dalam berbisnis pun sebaiknya melibatkan Dia serta semua system-Nya…

(10)

Tentang maling yang misinya gagal itu rupanya saat kabur meninggalkan sepasang sandal jepit warna hijau. Kutanya pada penunggu tokoku: “Mau dibuang atau dipakai?”.

“Saya pakai saja, pak”, jawabnya.

Yo wis… Kalau tidak, mau kubakar sambil kubaca-bacain (baca koran yang untuk membakar maksudnya). “Ben kobong silite…”, kataku.

Siapa tahu bisa membuat (maaf) duburnya terbakar. Bisa meloncat-loncat seperti jaran (kuda). Bisakah? Ya siapa tahu saja bisa…

(11)

Haha… ‘Boss’ saya dan penunggu toko tertawa ngakak mendengar gurauanku. Padahal saya mengatakannya sambil serius. Tentu saja saya tidak berharap itu terjadi. Si maling sudah berbaik hati “terpaksa” menyedekahkan sandalnya, masak mau dibalas dengan yang lebih buruk. Sementara tidak ada sedikitpun kerugian diderita, kecuali rasa jengkel diperdaya begundal iseng.

Perburuan sedang dilakukan. Mudah-mudahan berhasil agar cerita ini ada lanjutannya.

(12)

Pak polisi sudah mendatangi TKP. Kami pun membantu dengan memberikan info yang diperlukan. Kalau nantinya bisa dilacak, diburu dan ketahuan siapa pelakunya, lalu apa? Ya tidak ada apa-apa…

Tidak ada angan-angan untuk menghakimi sendiri (saya takut jadi hakim), melainkan hanya ingin mengingatkan agar jangan coba-coba mengulangi perbuatan nakalnya (mengingatkan tapi mengancam). Lebih dari semua itu, pencegahan dan kewaspadaan tetap harus diutamakan.

(13)

Ketika ngobrol-ngobrol dengan tetangga toko tentang insiden pencurian itu, seseorang bercerita bahwa di Yogya banyak toko-toko yang “dipagari”. Saya jelaskan bahwa toko saya pun sudah dipagar keliling setinggi 3 m. Itu yang kelihatan. Kalau yang tidak kelihatan sudah saya mintakan Tuhan untuk memagari dan saya pasrah bongkokan (total) kepada-Nya.

Maka kalau suatu saat Tuhan kok mengijinkan ada begundal iseng menerobos pagar bikinan-Nya. Ya monggo… Saya pun bisa tidur nyenyak.

(Note: Seorang teman menyarankan agar dipasang sensor gerak untuk mendeteksi gerakan orang tak diundang di saat yang tidak wajar. Tapi saya pikir-pikir, jangan-jangan nanti sistem keamanan toko saya lebih canggih ketimbang bank…hehe)

Yogyakarta, 2-4 Juni 2011
Yusuf Iskandar

Melibatkan Pasangan Dalam Berusaha

24 Juni 2011

Salah satu point penting yang jarang dibicarakan orang saat hendak memilih dan memutuskan bidang usaha adalah melibatkan pasangan kita (istri/suami), minimal direstui secara full, enggak setengah-setengah… Sebab jika tidak, maka bersiaplah pada suatu saat nanti akan sampai pada titik dimana kita akan pethenthengan (beradu argumentasi, lebih parah lagi bertengkar) dengan pasangan kita.

Sebaiknya jangan menunggu membuktikan sendiri untuk percaya…

Yogyakarta, 31 Mei 2011
Yusuf Iskandar

Sharing Bisnis Seorang Rekan

24 Juni 2011

Seorang rekan dari Jakarta yang sukses mengawal lima outlet “Snappy”, mampir ke Madurejo menjajaki bussiness opportunity toko ritel “Madurejo Swalayan”.

Selama ini peluang itu tidak terpikirkan untuk dijual melainkan dibagi-bagikan sebagai referensi belajar bagi siapa saja. Juga karena irama angan-angan bisnis “boss” saya memang konservatif saja. Cukup kalau bisa menjadikan toko sebagai klangenan yang menghasilkan…

(Suwun Pak Dwi Pudjiarso atas sharing-nya).

Yogyakarta, 31 Mei 2011
Yusuf Iskandar

Menyisipkan “Margin”

24 Juni 2011

Setiap datang ke pengajian, wanita itu sering mendapat pesanan makanan dari teman-teman pengajiannya. Maka dia pun harus menyempatkan masak dulu tiap kali sebelum berangkat ke pengajian. Awalnya hanya sekedar ingin membantu, tapi karena sering, jadi kepikiran untuk menyisipkan “margin” keuntungan sewajarnya.

Itulah salah satu cara mudah mulai berwirausaha. Dan yang lebih penting, keuntungan seperti ini adalah sah, berkah dan indah, walau tak seberapa dalam jumlah.

Yogyakarta, 26 Mei 2011
Yusuf Iskandar

Menyiasati Harga

5 Juni 2011

(1)

Tiga bulan terakhir ini saya banyak membantu ‘boss’ saya menginput data pembelian (kulakan) toko. Saya perhatikan harga rokok naik hampir setiap 1-2 minggu dengan kenaikan relatif tidak nampak, “paling-paling hanya” sekitar Rp 50,- s/d Rp 200,- per bungkus. Rupanya ini akal-akalan juragan rokok untuk menaikkan harga. Semakin lama semakin melayang tinggi seperti asapnya…

Maka saya pikir satu-satunya cara agar harga tidak naik ya tidak beli rokok…

(2)

Lain lagi produsen makanan kecil dalam menyiasati agar harga tidak naik. Terutama makanan yang harganya berkisar Rp 500,- s/d Rp 2000,- per bungkus, yaitu dengan mengurangi beratnya. Misal berat sebungkus snack yang sebelumnya 37 gr kini turun menjadi 35 gr, yang semula 12 gr berubah menjadi 11 gr, dsb.

Tidak akan ada pembeli yang ngeh, wong saat ditelan tidak terasa lebih lancar juga. Tidak juga menipu, wong pada bungkus dari pabriknya memang tertulis demikian.

Yogyakarta, 24 Mei 2011
Yusuf Iskandar