Posts Tagged ‘self-employed’

(48) “Good Luck!”

13 Desember 2007

Akhirnya……., setelah mendongeng gedebas-gedebus ngalor-ngidul tentang dunia persilatan bisnis ritel “Madurejo Swalayan” sebagai lajur jalan baru yang ditempuh setelah sang sopir banting setir, kini tibalah pada bagian akhir kumpulan “Catatan dari Madurejo”. (Huh! Capek juga …..)

 

Saya tidak mempunyai tujuan lain dari semua catatan-catatan saya selama ini, apalagi untuk menggurui, selain hanya ingin berbagi cerita tentang apa yang saya alami, saya lakukan dan saya pikirkan untuk sebaiknya saya lakukan. Oleh karena itu perlu dipahami bahwa semua yang telah saya dongengkan ini hanyalah sebuah pilihan. Dan itulah pilihannya “Madurejo Swalayan”. Sama sekali tidak ada hubungan sangkutnya dan pautnya dengan urusan benar atau salah, baik atau buruk, seharusnya atau tidak seharusnya. The rest is yours……  

Siapa tahu (dan mudah-mudahan) dapat menjadi sumber inspirasi dan provokasi bagi siapa saja, baik yang sedang bingung mencari-cari peluang bisnis, yang sedang mikir-mikir untuk memperoleh penghasilan sampingan, yang sedang ancang-ancang untuk banting setir, atau yang tetap menikmati pilihan hidupnya sebagai orang gajian. Kalau pun tidak semuanya, Anda merasa terhibur pun sudah merupakan bisnis yang menguntungkan bagi saya. It doesnt matter at all. Anggaplah semacam infomezzo, informasi intermezzo di tengah hari-hari suntuk Anda.

Jika merujuk ke rumusannya Pak Robert Kiyosaki tentang Cashflow Quadrant, siapa tahu kumpulan catatan ini dapat mengilhami Anda yang sedang berputar-putar di kuadran E (Employee) dan S (Self-employed, Small Business Owner atau Specialist) untuk menuju atau tidak menuju ke kuadran B (Business Owner) dan I (Investor).

Benar bahwa pengelola “Madurejo Swalayan” saat ini sedang berkutat di kuadran S, belum lama meninggalkan kuadran E. Meskipun di hati kecilnya masih ada keinginan untuk merangkap jabatan menjadi S dan E sekaligus (Habis E itu enak, sih…..! Salah satu yang membedakan antara E dan S adalah : Kalau menjadi E, seperti apapun performance kerja saya hari ini, enggak ngaruh, besok saya akan tetap terima gaji. Sedangkan menjadi S, kalau kerja saya hari ini asal-asalan, begita-begitu saja, besok juga akan menuai hasil seadanya…….). Berikutnya hendak melangkah perlahan-lahan menuju ke kuadran B, sembari belajar dan ancang-ancang untuk menuju kuadran I.

Mangsud hati ingin meninggalkan E menuju S. Apa daya sampai sekarangpun anak kedua saya masih suka mendorong-dorong agar bapaknya kembali menjadi E alias orang gajian. Bahkan sesekali dorongan pun ternyata datang juga dari ibunya. Semuanya harus dapat dipahami dan dimaklumi….. Malah anak kedua saya dengan lugunya mengusulkan agar bapaknya bekerja di perusahaan minyak saja. Bukan karena tahu harga komoditas itu sedang melejit, tapi karena beberapa orang tua teman sekolahnya bekerja di perusahaan minyak (atau jangan-jangan ada yang membisiki anak saya kalau teman email-emailan bapaknya banyak yang bekerja di dunia perminyakan?).

Hal yang kemudian paling membuat sesak napas mendadak (bukan karena kebanyakan udut) adalah ketika kemudian terucap dari mulut anak saya : “Agar kita bisa kemana-mana dan beli apa-apa lagi seperti dulu…..” (ini kata lain untuk : sekarang tidak bisa kemana-mana dan tidak bisa beli apa-apa.…..!). Meskipun tidak bosan-bosannya saya meyakinkan anak saya dengan komentar normatif tapi penuh percaya diri, bahwa Insya Allah akan tiba saatnya kita akan kemana-mana dan beli apa-apa lagi, lebih dari yang dulu pernah kita lakukan. Biasanya lalu dibalas dengan cibiran…. : “Wheeeekkkk…!”. Tapi inilah satu bukti lagi kegagalan saya melakukan lobi intensif terhadap penumpang kecil saya, sebelum melakukan banting setir satu setengah tahun yang lalu.  

Saya sangat berharap kalau ada rekan lain yang sudah lebih dahulu menekuni bisnis toko ritel atau apa saja, kiranya tidak keberatan untuk berbagi pengalaman. Pengalaman baik atau pengalaman kurang baik, tidak menjadi soal. Saya tunggu cerita sukses atau kurang sukses Anda, agar kita bisa saling berbagi pengalaman.      

Eee….., jangan-jangan pengelola “Madurejo Swalayan” yang masih ijo royo-royo ini kelewat pede. Jangan-jangan obsesi pengelola “Madurejo Swalayan” dengan bisnis membangun visi melalui toko ritel ini ngoyoworo. Jangan-jangan malah dongengan ini menyurutkan niat orang lain untuk memulai bisnis ritel. Ijinkan saya menyarankan, selalu melakukan cross-check dengan sumber referensi lain atau belajar dari pengalaman orang lain kiranya akan sangat membantu.  

*** 

Jadi, bagaimana? Anda siap buka toko ritel? Atau ada peluang lain yang sedang Anda incar? Atau lebih dahsyat lagi (menurut istilah populer sekarang) mulai melangkah menuju kebebasan finansial?  Jika demikian, “Good Luck!”. Selamat bekerja, dan semoga “Atasan” Anda masing-masing senantiasa menyertai setiap rencana bisnis yang sedang Anda persiapkan. Teriring doa semoga Anda sukses, lebih dari yang Anda mau…..

Sementara saya mau pamit dulu, mau konsentrasi untuk menggarap peluang lain……. Sekedar melakukan langkah kecil (sebagai bagian dari langkah besar) untuk menuju kuadran B. 

Ooops, tunggu dulu……! Jangan lupa berdoa sebelum tidur, siapa tahu saat Anda bangun esok pagi ternyata toko Anda sudah berdiri!    

Nuwun dan salam.    

Madurejo, Sleman – 1 Maret 2006 (Mari kita lakukan Serangan Oemoem untuk menangkap dan menggarap peluang demi peluang) 
Yusuf Iskandar