Posts Tagged ‘visa’

Untung Saya Lupa Mengaktifkan Kartu Kredit

21 Februari 2008

Lagi enak-enak teklak-tekluk setengah mengantuk naik taksi menuju bandara Cengkareng, tiba-tiba HP berbunyi. Setelah diangkat, nun di seberang sana seseorang dengan ramah memperkenalkan diri sebagai Bp Jonathan Entah Siapa…, Manajer Kartu Kredit Master dan Visa.

Pertanyaan pertama : “Apakah kartu bapak masih aktif?” Setelah saya jawab “Ya”, lalu dilanjutkan dengan pertanyaan kedua : “Kartu bapak Master atau Visa?”. Setelah saya jawab “Visa”, lalu beliau bapak Manajer itu melanjutkan dengan promosi yang “pokoknya wah tenan…”.

Sejauh itu tutur katanya masih sopan dan ramah. Dia pun dapat menyebut dengan benar alamat penagihan kartu saya. Saya jadi larut dalam pembicaraan dan mendengarkan penjelasannya. Irama pembicaraannya semakin cepat, seperti tidak memberi kesempatan kepada yang diajak bicara untuk menyela.

Inti promosinya : saya terpilih di antara seratus orang pemegang kartu yang mendapatkan voucher hotel gratis, tiket pesawat gratis untuk 2 orang, aneka ria diskon, masih ada tiket pesawat tambahan. Setiap tahun jatah itu akan diberikan. Berlaku sampai lima tahun. Tidak akan hangus meski setahun belum sempat digunakan. Dan seterusnya, dst, dst……

Mulailah kesadaran saya berangsur normal setelah tadi terkantuk-kantuk. Juga mulailah feeling saya merasakan ada yang tidak beres.

Pertama, masak promosi seperti itu dilakukan oleh seorang Manajer? Bukankah biasanya oleh staf Customer Service atau Bagian Promosi?.
Kedua, masak dia tidak tahu jenis kartu saya?
Ketiga, masak dia tidak tahu kartu saya masih aktif atau tidak?

Sempat juga ditanyakan pertanyaan selanjutnya : “Berapa batas kredit kartu bapak?”. Sejenak saya berpikir, lalu kemudian saya jawab asal-asalan saja : “Kalau tidak salah…., sekian-sekian……”. Dengan cepat sang Manajer menyahut dengan begitu meyakinkan : “Ya betul, pak!”. Lha padahal jawaban saya tadi ngawur, batas kredit saya yang sebenarnya tidak seperti yang saya katakan. Maka kini saya semakin pasti, bahwa ini adalah acara tilpun-tilpunan ngawur-ngawuran……

Karena saya ingin tahu kelanjutan kisahnya, maka saya ikuti saja pembicaraannya, tapi tetap dengan kewaspadaan tinggi jangan sampai terjebak kena tipu.

Setelah sekira lima menit dia bicara fasilitas-fasilitas yang dijanjikan sangat “wah” tadi, ujung-ujungnya dia mengatakan (bukan minta persetujuan) bahwa saya akan dikenakan biaya sebesar tiga juta sekian rupiah untuk sekali saja, bisa dicicil 12 bulan tanpa bunga.

Kontan, saya bicara setengah teriak di sela-sela pembicaraan cepatnya yang seperti susah disela tadi. Intinya saya minta agar tidak dilanjutkan dan saya tidak berminat ikut program itu. Lalu saya tegaskan bahwa saya tidak pernah memberi konfirmasi persetujuan tentang pengenaan biaya yang dimaksud.

Barulah sang Manajer keluar “aslinya”, membalas teriakan saya dengan nada kasar dan marah (wong saya yang punya kartu kok dia yang marah…) : “Tidak bisa, pak!. Biaya sudah dibebankan ke kartu bapak. Sekarang semua voucher sedang dikirim ke alamat bapak. Kalau bapak menolak, kiriman akan mengambang di jalan” (dalam hati saya…. emangnya jalan rumah saya banjir……).

Dengan cepat pula saya bicara keras : “Pokoknya saya tidak pernah menyetujui!”. Masih juga dibalas : “Tidak bisa, biaya sudah dibebankan ke kartu bapak!”.

Saya lanjutkan : “Ini tidak benar dan saya akan complaint……”. Sang Manajer pun menukas : “Silakan saja…….”. Lalu tilpun di seberang sana ditutup.

***

Satu episode komunikasi menjengkelkan baru saja saya lewati. Sebelum ini memang beberapa kali saya ditilpun untuk diberi penawaran ini dan itu melalui faslitas kartu kredit. Biasanya ketika saya tolak dengan halus, mereka pun bisa menerima. Tapi kali ini kok lain, malah cenderung dengan pemaksaan.

Saya merasa tidak nyaman juga jadinya. Lalu saya coba menghubungi bagian Customer Service penerbit kartu kredit saya, dengan maksud saya hendak mengkonfirmasi tentang omongan sang Manajer tadi dan menyampaikan complaint atas “gangguan” yang baru saya alami. Mesin penjawab otomatis di seberang sana menjawab bahwa kartu kredit saya belum diaktifkan.

Barulah saya ingat, sejak saya ganti kartu karena kartu yang lama ketlingsut entah hilang kemana, rupanya saya lupa belum mengaktifkannya. Maka, jangankan sang Manajer, saya pun tidak bisa menggunakan kartu itu, wong statusnya tidak aktif.

Rupanya ada untungnya juga lupa mengaktifkan kartu kredit. Dan sekarang saya malah jadi mikir, apakah masih perlu saya aktifkan kalau data saya ternyata bisa berada di tangan orang lain.

Oh ya, nomor tilpun sang Manajer tadi adalah 021-31936428 (barangkali saja ada yang berminat menerima tawarannya…… hik..hik..hik..)

Yogyakarta, 21 Pebruari 2008
Yusuf Iskandar